Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri alat berat dalam negeri diprediksi akan tertekan akibat efek virus corona (covid-19). Sebenarnya tak hanya dampak dari wabah corona saja, sejak 2019 realisasi serapan alat berat memang sudah seret.
Ketua Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaluddin menjelaskan permintaan alat berat dari tahun 2019 saja sudah turun 7%.
Adanya isu covid-19 membuat produksi alat berat sedikit terganggu karena adanya komponen yang impor dari China delay di Februari. "Namun saat ini sedikit sedikit sudah recovery," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (4/3).
Baca Juga: Simak target United Tractors (UNTR) untuk tahun 2020
Walau begitu, bukan berarti industri alat berat bebas dari efek gulir Corona. Menurut Jamaludin, kalau wabah covid-19 ini berlangsung lama, tentu bisa berpengaruh pada pasokan komponen yang diimpor.
Dia bilang, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mesin alat berat masih di level 40% sehingga ada 60% yang diimpor dari berbagai negara, salah satunya China.
Di luar dari sentimen corona, Jamaludin mengungkapkan permintaan alat berat memang sudah diprediksi turun karena harga komoditas. Adapun di tahun ini, Jamaludin menyatakan belum ada peluang yang bisa menjadi angin segar bagi industri alat berat.
Menurutnya gencarnya proyek infrastruktur dalam negeri belum cukup untuk menggairahkan industri alat berat. "Proyek Infrastruktur itu short term. Jadi orang beli alat beratnya sudah beberapa tahun lalu dan masih dipakai. Artinya, pemakaian ya cukup panjang," jelasnya.
Baca Juga: Laba United Tractors (UNTR) naik tipis 1,68% pada 2019
Selain itu, Jamaludin bilang banyak alat berat yang menganggur jadi multifungsi. Maksudnya, alat berat yang tidak digunakan bisa kerja apa saja. Jamaludin mencontohkan, alat berat yang tadinya di hutan untuk ambil kayu, bisa dimodifikasi untuk menggali di proyek infrastruktur.
Hal inilah yang juga membuat serapan alat berat jadi seret. Jamaludin memproyeksikan tahun ini bisa menjadi tantangan yang berat untuk industri alat berat. Bahkan ia memproyeksikan permintaan alat berat bisa di bawah 7%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News