kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini strategi Garuda Indonesia (GIAA) di tengah tekanan wabah corona


Minggu, 05 April 2020 / 20:46 WIB
Begini strategi Garuda Indonesia (GIAA) di tengah tekanan wabah corona
ILUSTRASI. Pesawat melintasi landasan pacu tiga Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) di Tangerang, Banten, Kamis (23/1/2020).


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berupaya menjaga arus kas di tengah pandemi virus corona. Oleh sebab itu, pihaknya memastikan akan menggunakan kas untuk keperluan yang paling penting saja.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengakui di tengah pandemi virus corona upaya dalam menjaga arus kas terbilang berat. "Cash hari ini adalah raja, jadi sebisa mungkin untuk yang critical saja," ujarnya kepada  kontan.co.id , Minggu (5/4).

Baca Juga: Gara-gara virus corona, rata-rata penjualan mainan turun 30%

Sementara itu, emiten bersandi saham GIAA di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini memiliki hutang yang akan jatuh tempo di tahun ini. Karenanya, Irfan menyebut akan melakukan aksi korporasi guna mendapatkan dana baru untuk melunasi kewajibannya.

Berdasarkan laporan tahunan keuangan GIIA, tercatat arus kas perusahaan sebesar US$ 299,34 juta.

Untuk skema pendanaan, dirinya menyebut masih mengkaji semua opsi yang ada untuk bisa memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Untuk bidikan dana yang diincar, Irfan masih enggan buka-bukaan.

Baca Juga: Menteri Erick sebut BUMN yang terpapar corona, inilah daftar lengkapnya

Akhir tahun lalu, GIAA mengumumkan menggalang dana sebesar US$ 900 juta atau setara Rp 12,59 triliun yang kemudian dibatalkan. Saat ini, ia menyebut opsi tersebut kembali dipikirkan.

"Semua opsi kami hidupkan," lanjutnya.

Adapun salah satu kewajiban yang harus dibayarkan yakni obligasi sebesar US$ 500 juta yang akan jatuh tempo pada Juni 2020.

Baca Juga: IHSG pekan depan diprediksi terseret kasus virus corona dan pelemahan rupiah

Selain mematangkan berbagai opsi pendanaan, Irfan menyebutkan juga menggunakan waktu-waktu ini untuk nego kepada lessor. Hal tersebut lantaran GIAA juga memiliki kewajiban lainnya yang harus dibayarkan tahun ini.

"Ada beberapa di luar yang sukuk," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×