kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini strategi Perum Bulog menghadapi kenaikan utang dan bunga pinjaman tahun depan


Selasa, 03 Desember 2019 / 14:00 WIB
Begini strategi Perum Bulog menghadapi kenaikan utang dan bunga pinjaman tahun depan
ILUSTRASI. Direktur Utama Bulog Budi Waseso beserta jajaran menunjukkan produk Bulog saat peresmian PangananDotCom di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta Utara (26/11/2019).


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perum Bulog mengatakan akan menguatkan lini komersialnya pada tahun mendatang. Hal ini dilakukan seiring dengan berkurangnya penugasan pemerintah dalam penyediaan beras bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, dengan peningkatan dari sisi komersial, maka akan membantu Bulog untuk menutupi utang serta bunga utang yang terus berkembang.

Baca Juga: Bulog akan lepas 20.000 ton beras turun mutu dengan mekanisme lelang

Budi menargetkan, di tahun mendatang persentase Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dengan beras komersial bisa mencapai 50:50. Sementara, selama ini peran beras komersial terhadap seluruh stok beras Bulog hanya sebesar 20% sedangkan CBP sebesar 80%.

"Kalau 50:50, Bulog masih bisa mendapatkan keuntungan. Kalau hanya 20%, maka itu terlalu kecil untuk membiayai operasional Bulog," tutur Budi, Selasa (3/12).

Menurut Budi, bila pihaknya hanya mengandalkan CBP, maka utang dan bunga utang Bulog akan semakin menumpuk. Pasalnya, pengadaan beras Bulog untuk CBP maupun komersial menggunakan dana pinjaman.

Dia menjelaskan, untuk beras komersial, pihaknya tidak menghadapi masalah keuangan karena beras tersebut langsung dijual dengan mengikuti harga pasar. Sementara, untuk mengeluarkan CBP, Bulog membutuhkan penugasan dari pemerintah dan pembayarannya dilakukan setelah beras tersebut disalurkan.

Perubahan skema rastra ke program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pun membuat masyarakat memiliki kebebasan untuk membeli beras di pasar  bebas. Ini pun berdampak pada stok CBP Bulog yang tidak bisa dikeluarkan.

Baca Juga: Erick Thohir: Dari total laba BUMN Rp 210 triliun, 76% hanya dari 15 BUMN

"Akibatnya beras ini tidak bisa digunakan, dengan konsekuensinya bunga tetap berjalan. Kita tidak bisa tagih ke pemerintah atau menteri sosial yang menjalankan BPNT, karena memang berasnya tidak digunakan untuk itu [BPNT]. Berasnya masih di gudang," ujar Budi.



TERBARU

[X]
×