kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Bekraf: Potensi kenaikan start up lebih dari 20% sampai 30% tahun ini


Senin, 15 April 2019 / 19:24 WIB
Bekraf: Potensi kenaikan start up lebih dari 20% sampai 30% tahun ini


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Potensi pertumbuhan start up di Indonesia dipandang meningkat di atas 20% -30% tahun ini. Hal ini, dapat dilihat, salah satunya dari data yang dirilis CB Insight pada 2019. Indonesia menempati posisi keempat sebagai negara dengan jumlah start up level unicorn terbanyak, yakni Tokopedia, Bukalapak, Gojek, dan Traveloka.

Sementara di level regional, posisi Indonesia berada di bawah Brunei Darussalam dan Filipina. Direktur Akses Non Perbankan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Syaifullah Agam menjelaskan faktor pendukung pertumbuhan start up Indonesia tahun ini.

"Banyak permasalahan yang membutuhkan solusi digital di Indonesia, ini bisa terakomodir melalui start up. Lalu, penetrasi internet di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, jumlah penduduk Indonesia tinggi dan jumlah middle income diperkirakan pada 2020 mencapai Rp 140 juta," tutur Syaifullah kala dihubungi Kontan, Senin (15/4).

Dia melanjutkan, angka middle income penting diperhatikan sebab hal tersebut merupakan indikator pembeli potensial atau potential buyer. Selain itu, keberadaan bonus demografi juga menguntungkan Indonesia.

"Banyaknya usia produktif membuat peluang pembuatan start up meluas. Jika berbicara kegagalan, indikator yang sering ditemukan adalah banyak yang 'sekadar' ikut-ikutan," tambah Syaifullah.

Syaifullah melanjutkan, beberapa start up harus menemui kegagalan karena hanya fokus pada hal-hal bersifat teknikal dan melupakan pentingnya sistem manajerial. Selain itu, hambatan yang ditemui start up pemula adalah pembiayaan.

"Sebenarnya ada potensi pemanfaatan dana ventura, namun belum optimal karena pemerintah kurang memfasilitasinya. Isu perpajakan pula yang membuat dana ventura kurang berkembang," jelas Syaifullah.

Dirinya menambahkan, jika pemerintah memfasilitasi dana ventura tersebut, tumbuh kembang start up akan lebih terdorong sebab permasalahan klasik yang dihadapi start up pemula adalah pembiayaan.

Selama ini, pembiayaan start up pemula memang lebih banyak berasal dari kantong pribadi atau dana internal. Bahkan dalam siklus hidup start up di tahapan 'thriving', dikenal istilah 3F, yakni Friends, Family, dan Fools.

Istilah tersebut menggambarkan asal modal didapatkan untuk pembuatan awal start up. "Jika sistem pendanaan ini dapat difasilitasi dengan baik oleh pemerintah, pertumbuhan start up dalam negeri bisa lebih maju lagi" pungkas Syaifullah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×