kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Belanja modal Alkindo Naratama (ALDO) baru terserap 35%-40%


Jumat, 03 Desember 2021 / 18:40 WIB
Belanja modal Alkindo Naratama (ALDO) baru terserap 35%-40%
ILUSTRASI. Alkindo Naratama (ALDO) baru menyerap 35%-40% belanja modal hingga September 2021.


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO), emiten yang bergerak pada bisnis kertas dan bahan kimia terintegrasi, baru menyerap belanja modal atau capex sekitar 35% hingga 40% hingga kuartal III 2021. Tahun ini, ALDO mengalokasikan jumlah capex senilai Rp 185 miliar.

H. Sutanto, Direktur Utama PT Alkindo Naratama mengatakan, serapan capex tersebut lambat diakibatkan keterlambatan pengiriman dari supplier.

"Sampai dengan September ini serapan capex ALDO sudah 35% sampai dengan 40%. Sampai akhir tahun diperkirakan serapan mencapai 65% hingga 70%, karena adanya keterlambatan pengiriman dari supplier," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/12).

Dari anggaran capex Rp185 miliar di tahun ini, Sutanto mengatakan, sebesar Rp 170 miliar diantaranya untuk investasi pabrik dan mesin di ECO Paper Indonesia, sementara Rp 15 miliar sebagian besar untuk kertas konversi ALDO. Lalu, sisanya untuk anak usaha lainnya PT Alfa Polimer Indonesia (ALFA) dan PT Swisstex Naratama Indonesia (Swisstex).

Baca Juga: Pendapatan Alkindo Naratama (ALDO) tumbuh 33% pada kuartal III 2021

ALDO masih melihat banyak peluang dalam proyeksi atau outlook bisnis tahun depan. Salah satunya adalah dari bisnis kertas coklat yang dinilai potensial bagi pertumbuhan berkelanjutan.

Kertas coklat ini bersinggungan dengan bisnis logistik pula, terutama di bagian pengemasan atau packaging. Contohnya adalah kertas kardus untuk pengemasan membutuhkan bahan baku dari kertas coklat.

Tak hanya itu, ALDO juga akan melakukan inovasi produk sambil terus melihat prospek dari industri-industri yang bertumbuh secara pesat, salah satunya adalah FMCG dan online business.

"Dari kedua industri tersebut, kami bisa ambil contohnya inovasi melalui produk papercore Alkindo yang digunakan sebagai film core oleh industri Flexible Packaging dan produk Paper Box dan Paper Bag untuk memenuhi tren kebutuhan packaging untuk industri F&B," kata Sutanto.

Dengan strategi kerja tersebut, ALDO merencanakan untuk menganggarkan calex sebesar Rp 195 miliar tahun 2022. Alokasi ini akan digunakan untuk penyelesaian pembangunan pabrik baru dan mesin produksi kertas coklat PT Eco Paper Indonesia (ECO).

Sementara itu, untuk target produksi, dengan mulai beroperasinya mesin kedua Eco Paper yang ditargetkan beroperasi sekitar bulan Oktober tahun depan, kapasitas produksi kertas ALDO akan naik menjadi tiga kali lipat, yaitu sekitar 22.500 ton/bulan.

Adapun target penjualan dan laba tahun depan, saat ini masih dalam penghitungan ALDO. Namun, Sutanto optimistis penjualan dan laba akan meningkat karena adanya kontribusi tambahan bottom line dari anak usaha yaitu Swisstex dan ALFA.

"Jadi Swissex dan ALFA saat ini masih dalam proses ambil alih saham hingga 99%. Jika itu ditambah dengan mulai beroperasinya mesin kedua Eco Paper, akan membuat produksi kertas coklat tahun depan menjadi tiga kali lipat dari produksi sekarang," imbuhnya.

Baca Juga: Penjualan Alkindo (ALDO) naik 32,2% di kuartal III 2021 berkat kertas recycle

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×