kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belanja online kian menjamur, pengelola mall mesti kian cerdik


Senin, 02 Desember 2019 / 15:35 WIB
Belanja online kian menjamur, pengelola mall mesti kian cerdik
ILUSTRASI. Suasana pertokoan di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Semanggi, Jakarta, Rabu (30/1/2019). Perubahan gaya berbelanja ke digital berpengaruh terhadap tingkat hunian pusat perbelanjaan di Ibu Kota Jakarta. ANTARA FOTO/Putra Haryo Kurniawan/foc.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan gaya berbelanja masyarakat Indonesia dari konvensional ke digital ternyata berpengaruh terhadap tingkat hunian pusat perbelanjaan di Jakarta. Hal ini diungkapkan oleh Head of Research & Consultancy Savills Anton Sitorus. 

Tingkat hunian pusat perbelanjaan di Jakarta menurun hingga angka 78 persen dibandingkan tiga empat tahun lalu yang mencapai 92%. Namun, menurutnya, angka tersebut masih di titik aman. Bahkan, jika dilihat dari sisi mal kelas atas, tingkat huniannya justru meroket ke atas 92%. 

Baca Juga: Achmad Hamami, konglomerat alat berat meninggal dunia, ini gurita bisnisnya...

Tak heran bila pada akhirnya harga sewa pusat perbelanjaan atau mal kelas atas (upper class), menurut riset Jones Lang LaSalle (JLL) di wilayah DKI Jakarta cenderung naik pada tahun 2019. Diperkirakan pada kinerja Kuartal IV-2018 harganya stabil di angka Rp 600.00 per meter persegi menunjukkan kenaikan pada kuartal I-2019 hingga akhir 2019 menjadi Rp 610.000. 

Lalu, untuk mal kelas menengah (middle class), harga sewanya mencapai Rp 300.000 per meter persegi dari sebelumnya Rp 250.00 per meter persegi di tahun lalu. Sementara itu, mal kelas menengah ke bawah (middle low class) harga sewanya stagnan di angka Rp 250.000 per meter persegi sejak 2015 hingga 2017 dan harganya diproyeksi masih sama hingga akhir tahun.

Oleh karena itu, pengelola mal mesti cerdik menangkap pasar yakni dengan mengarahkan bahwa pusat belanja tidak sekadar pusat berbelanja namun menjadi destinasi gaya hidup bagi konsumen. 

Baca Juga: Minimarket Giant, proyek percobaan gagal Hero Supermarket

Selain itu, pengembang mal mesti melakukan inovasi dengan menghadirkan store environment yang dapat memengaruhi perilaku konsumen terhadap terjadinya pembelian. “Store environment dapat menjadi alasan bagi konsumen untuk memilih lokasi dimana ia akan berkunjung dan membeli. Sehingga, lingkungan yang baik dapat merangsang emosi positif serta rasa nyaman terhadap penyedia pelayanan,” ujar Associate Arsitek Lineamarca Ahmad Taher. 

Menurut Ahmad, Selain itu, penyewa (tenant) juga mesti dapat memanfaatkan secara optimal. Ruang sedapat mungkin tidak menyisakan ruang tak terpakai. Sehingga, tenant dapat memanfaatkan semua sisi ruang untuk display produk. 

Senada dengan pendapat Ahmad, Technical Sales Manager PT Sanwamas Metal Industry Permadi Sudjana mengatakan bahwa penggunaan atau shutter dapat menjadi cara untuk menghemat ruang. “Sistem buka tutup rolling door , artinya pintu akan menggulung ke atas saat membuka. Jadi, begitu sebuah toko dibuka, maka ruang display menjadi luas dan lebih banyak ruang yang digunakan,” ujar Permadi. 

Ia melanjutkan, bila berhitung dari sisi bisnis dengan mempertimbangkan harga sewa dari mal. Tentu, tenant mengharapkan bahwa ruang yang disewa itu mendatangkan  keuntungan. 

“Bisa dibayangkan misalnya, 1 meter persegi itu sia-sia karena tidak dapat menampilkan semua produk karena masalah penutup. Jika dengan penutup lain yang sistem bukaannya melipat ke samping, masih tersisa sekitar 50cm di sisi kanan dan 50cm di sisi kiri, maka 100cm terbuang sia-sia. Padahal, tenant membutuhkan ruang display lebih luas demi meraih keuntungan lebih besar. Sehingga, dalam hal ini rolling door memberikan commercial value,” ungkap Permadi. 

Tidak hanya itu, tambahnya, shutter dapat  memberikan nilai estetika. Rolling door dapat tetap memperlihatkan bagian dalam ruangan meskipun dalam keadaan tertutup seperti tipe Crystal Clear Shutter maupun Light Weight Shutter dan Heavy Weight Shutter tipe perforasi. Sehingga tampilan showroom tetap dapat terlihat dan keamanan tetap terjaga. 

Baca Juga: Catur Sentosa Adiprana (CSAP) targetkan tahun 2020 tumbuh 20% lebih
 
“LWS dan HWS Sanwamas menggunakan material terbaik yang tidak mudah tergores dan berkarat, serta dilengkapi sistem penguncian tambahan berstandar Jepang yang membedakan produk Sanwamas dengan para kompetitornya,” jelas Permadi.

Menurutnya, saat ini tren rolling door yang banyak digunakan di mal adalah tipe crystal clear shutter dengan desain yang terlihat mewah seperti yang digunakan Uniqlo di seluruh gerainya.  Selanjutnya, Ahmad mengatakan bahwa rolling door bernilai fungsional sebab rolling door tidak hanya diletakkan di dalam mal saja seperti toko-toko tenant, melainkan juga di ruang terbuka lainnya di mal yang membutuhkan keamanan bagi penggunanya.  

Rolling door dapat digunakan di area parkir, tempat pembuangan sampah, dan toilet. Khusus untuk pemasangan rolling door di area parkir dan toilet itu demi menjaga keamanan. Sedangkan, untuk pemasangan di area tempat pembuangan sampah lebih untuk menutup dari pemandangan yang tidak menarik dan mengurangi bau yang tidak sedap,” imbuh Ahmad. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×