Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Setahun terakhir, setidaknya tiga perusahaan ban internasional masuk ke Indonesia. Dengan semakin banyak pemain, produksi ban pun semakin berlimpah, dan sebaliknya, persaingan semakin ketat. Masalah lainnya, ada kekhawatiran pasar ban lokal memasuki masa jenuh.
Seperti pernah ditulis KONTAN, tahun lalu, dua produsen ban kelas dunia, Hankook Tires dari Korea Selatan dan Michelin dari Prancis, menanamkan modalnya di Indonesia. Lalu awal pekan ini, Pirelli dari Italia menggandeng PT Astra Otoparts untuk membangun pabrik ban di Cikarang.
Azis Pane, Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) bilang, Indonesia mennarik bagi perusahaan asing seperti Michelin atau Pirelli lantaran potensi pasarnya yang terus berkembang. Menurut Azis, dalam beberapa tahun terakhir, pasar ban Indonesia tumbuh rata-rata 10% per tahun sesuai pertumbuhan industri otomotif.
Masalahnya tahun ini situasi berbeda. "Khusus tahun ini kami memprediksi akan turun sekitar 7% setelah adanya isu kenaikan bahan bakar minyak," kata dia. Di lain pihak, pasar ekspor juga melesu akibat krisis. Terbukti pada Januari lalu, penjualan ban hanya 3,9 juta unit lebih rendah dari penjualan Desember 2011 yang sebesar 4,4 juta unit.
Tak hanya itu, kata Azis, pasar ban di Indonesia bisa dikatakan memasuki fase jenuh sebab produksi nasional jauh lebih tinggi dibandingkan kebutuhan domestik.
"Tahun lalu, produksi kita 51 juta unit, sedangkan kebutuhan nasional hanya 11 juta unit," katanya.Rabu (25/4). Untuk tahun ini, APBI memperkirakan produksi tak berbeda dengan tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News