Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Samindo Resources Tbk (MYOH) kini tengah mempelajari sejumlah hal terkait rencana masuk ke bisnis nikel. Kepala Hubungan Investor MYOH Ahmad Zaki Natsir mengungkapkan saat ini perusahaan masih dalam tahapan mempelajari industri nikel.
Untuk itu, belum ada informasi terkait lini waktu proyek ini yang bisa disampaikan terlebih dahulu. "Karena ini sangat baru buat kami, jadi kami ingin mempelajari dulu terkait industri nikel," terang Zaki kepada Kontan, Minggu (3/10).
Zaki menambahkan, saat ini pihaknya berfokus untuk mempelajari skema smelter nikel dan industri produk-produk turunan dari nikel. Selain itu, nantinya besaran investasi dipastikan bakal menyesuaikan dengan rencana dan kebutuhan yang ada.
Sebelumnya, rencana pembangunan smelter nikel diutarakan Direktur Samindo Resources Gilbert Markus Nisahpih. Gilbert mengungkapkan, manajemen perusahaan mencoba melakukan strategi ulang mengingat tren industri yang mulai menuju energi bersih.
Baca Juga: Diamond Citra Propertindo (DADA) membalikkan rugi jadi laba di semester I
Gilbert mengakui, hal ini tidak mudah pasalnya energi hijau lainnya masih belum bisa menggantikan peranan batubara. "Dibanding panas bumi, masih tiga kali lipat dari batubara, terus misalnya tenaga angin, tenaga matahari, ada lagi tenaga arus laut. Saya pikir tidak mudah menyingkirkan batubara sebagai energi utama, tetapi kami di perusahaan mendorong untuk masuk ke green company," terang Gilbert.
Gilbert melanjutkan, opsi yang dipilih oleh Samindo yakni pengembangan komoditas nikel. Samindo merencanakan ekspansi untuk membangun smelter Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan Nikel Sulfat (NiSO4). Gilbert menjelaskan, ke depannya nikel bakal dibutuhkan sebagai bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik.
Selain itu, upaya mendorong eksplorasi di sektor nikel juga sebelumnya telah disampaikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dengan potensi cadangan nikel di Indonesia, Samindo pun siap menyambut peluang bisnis yang ada.
Gilbert memastikan sejumlah persiapan telah dilakukan Samindo. "Sekarang kita sudah melakukan pendekatan, ada beberapa tambang nikel yang mungkin kita lakukan joint operation atau take over. Juga kita rencananya sedang mempersiapkan diri untuk membuat smelter," ungkap Gilbert.
Baca Juga: Samindo Resources (MYOH) bersiap masuk bisnis nikel
Gilbert melanjutkan, pihaknya juga telah melakukan kordinasi dengan beberapa ahli dan pihak yang berpengalaman terkait rencana pembangunan smelter nikel ini.
Optimis hadapi sisa tahun
Di sisi lain, manajemen MYOH optimistis menghadapi paruh kedua tahun ini seiring peningkatan target produksi oleh sejumlah klien. "Kami sangat sangat optimis akan memenuhi target pada akhir tahun nanti, terlebih klien kami telah melakukan revisi RKAB," kata Zaki.
Zaki menjelaskan, dengan meningkatnya produksi klien maka volume penanganan batubara oleh perusahaan juga diharapkan ikut terkerek.
Dalam catatan Kontan, hingga akhir Juni 2021 lalu, MYOH telah merealisasikan sebanyak 18,40 juta bcm OB, 5,76 juta ton coal getting, serta 14,22 juta ton coal hauling untuk tahun buku 2021.
MYOH tercatat membukukan laba bersih senilai US$ 13,90 juta di semester I-2021. Laba ini naik 15,73% dari laba bersih di periode sama tahun lalu sebesar US$ 12,01 juta.
Emiten kontraktor pertambangan ini membukukan pendapatan US$ 81,97 juta, menurun 15,89% dari pendapatan di periode sama tahun lalu sebesar US$ 97,46 juta.
Seluruh pendapatan MYOH di semester I-2021 berasal dari PT Kideco Jaya Agung yang merupakan anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY). Secara rinci, pendapatan ini terdiri atas pendapatan dari jasa pemindahan tanah dan pengambilan batubara senilai US$ 56,42 juta, pendapatan dari jasa pengangkutan batubara senilai US$ 24,53 juta, dan pendapatan dari jasa pengeboran, eksplorasi dan lainnya senilai US$ 1,02 juta.
Selanjutnya: Panca Mitra Multiperdana (PMMP) optimistis dapat mencapai target tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News