Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Tanpa ba-bi-bu dan pikiran bahwa mungkin akan jadi satu-satunya pesawat yang bisa bisa ditumpangi untuk keluar dari Oksibil, ia ke bandara untuk naik pesawat.
Rupanya, tanpa kursi, maupun safety belt. Penerbangan 30 menit melalui pegunungan di kabupaten Pegunungan Bintang, hingga sampai di Tanah Merah dengan aman.
“Mudah-mudahan pekerjaan saya membantu banyak orang di ujung timur Indonesia. Ketika itu menghidupkan 4G pertama kali saat bulan Ramadan 2018 di Yahukimo. Senyum terlihat di wajah wajah yang saya temui, seperti guru sekolah dasar, juga warga sekitar,” ucapnya.
Sebagai seorang pejuang sinyal, susah senang ia terima dan jadikan pengalaman. Ia gembira, karena membantu menyambungkan orang ke orang dari daerah remote dari genggaman mereka.
Baca Juga: Beli kartu perdana telekomunikasi bisa sambil lesehan di rumah, simak caranya
“Semoga semua yang perjuangkan sebagai karyawan Telkomsel di ujung timur Indonesia menjadi pengalaman hidup dan energy positif yang bisa kami bawa terus dan bisa kami tularkan,” ucapnya.
Berkat para pekerja Telkomsel di garis depan itulah, daerah terpencil seperti Desa Taratak Bancah Sumatera dengan jumlah penduduk sekitar 500 jiwa yang dikelilingi oleh bukit, kini mampu menikmati layanan telekomunikasi.
Begitu juga desa Wokoklibang yang terletak di bagian barat Pulau Adonara yang masih menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggata Timur, di mana akses menuju Desa yang dikelilingi lahan hutan kemiri dan harus dijangkau menggunakan kapal laut dan tiga jam perjalanan darat, kini sudah menikmati akses telekomunikasi. Semua itu, berkat kerja keras para karyawan Telkomsel di garis depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News