kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bersifat semu, stok ban di gudang menumpuk


Senin, 18 April 2011 / 06:36 WIB
Bersifat semu, stok ban di gudang menumpuk
ILUSTRASI. Karyawan menggunakan penutup wajah melintas di depan papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Jakarta, Jumat (3/7). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat ke zona hijau pada akhir perdagangan hari ini, Jum'at (03/07). Pada pukul 16.00 WI


Reporter: Sofyan Nur Hidayat |

JAKARTA. Peningkatan penjualan ban pada kuartal I-2011 yang diperkirakan tumbuh hingga 7% rupanya bersifat semu. Kenaikan memang terjadi pada penjualan ban ke dealer, tapi di sisi lain penjualan ritel ke konsumen sepi.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI), Aziz Pane mengatakan fenomena itu terlihat dari menumpuknya stok ban di gudang pedagang selama tiga bulan pertama tahun ini. "Sale out dari distributor ke end user tahun ini parah, stok di gudang-gudang menumpuk," kata Azis akhir pekan kemarin.

Padahal kenaikan penjualan ban ke dealer dan ATPM atau sale in terlihat jelas dari data APBI yang menunjukkan bahwa penjualan ban selama Januari-Februari 2011 mencapai 8,66 juta unit atau naik 10,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan ban pada bulan Januari sebesar 4,49 juta unit. Sedangkan pada bulan Februari 2011 terjadi penurunan menjadi 4,16 juta unit.

Sedangkan penjualan bulan Maret diperkirakan sama dengan jumlah penjualan pada Februari. Aziz sebelumnya pernah menyebutkan penjualan ban pada kuartal I-2011 diperkirakan tumbuh 7% mencapai 12,83 juta unit.

Penjualan ritel yang mengalami penurunan terjadi akibat pemerintah terlalu menekan inflasi sehingga pasar tidak ada gairah. Pemerintah menurutnya terlalu bangga dengan kondisi makro ekonomi karena surplus anggaran. Akibatnya pasar lesu dan tidak bergerak.

Di sisi lain, penguatan rupiah juga mendorong maraknya ban impor dari Tiongkok dan India. Pemberlakuan kawasan pasar bebas ASEAN, menurut Aziz juga ikut mendorong produsen ban global berinvestasi di Vietnam dan Thailand. Mereka ikut menggarap pasar di kawasan regional dengan memanfaatkan tarif nol persen.

Produsen ban di dalam negeri juga menghadapi tantangan kenaikan harga bahan baku karet dan minyak bumi. Hal itu menyebabkan kenaikan biaya produksi yang harus dikeluarkan. "Dengan kondisi pasar yang lesu, produsen tidak bisa menaikkan harga jual," kata Aziz.

Sementara itu, Menteri Perindustrian MS Hidayat masih optimistis dengan pasar ban di dalam negeri. Pasar ban nasional menurutnya juga berpotensi untuk terus berkembang. "Terbukti dengan adanya investasi Hankook di sini untuk memanfaatkan peluang pasar domestik dan juga ekspor,” kata Hidayat.

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi mengatakan semestinya dengan data penjualan mobil yang mencetak rekor tertinggi pada Maret 2011, pasar ban juga ikut terimbas. "Mungkin penurunan itu kondisi musiman saja," kata Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×