kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,05   4,30   0.48%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bila geliat Merapi mereda, Borobudur mulai dibuka besok pagi


Senin, 08 November 2010 / 09:07 WIB
Bila geliat Merapi mereda, Borobudur mulai dibuka besok pagi
ILUSTRASI. Siemens AG


Reporter: Raka Mahesa W |

JAKARTA. Candi Borodudur ditutup sejak Jumat (5/11) akibat terselimuti debu vulkanik letusan Gunung Merapi. Candi Borobudur ini diperkirakan akan dibuka kembali untuk umum mulai Selasa (9/11) besok bila aktivitas Merapi mereda.

Direktur Pemasaran PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Agus Canny menjelaskan, penutupan ini masih menunggu perkembangan terkini Merapi. “Kita masih melihat perkambangan kedepan seperti apa,” katanya kepada KONTAN, Minggu (7/11).

Bagian fisik candi tertutup oleh debu vulkanik. Untuk melakukan pembersihan tersebut diperlukan vakum yang bisa menyerap debu hingga ke pori-pori candi. Sebab debu vulkanik memiliki kandungan yang menyebabkan kerusakan pada batu candi. Sayang dia belum bisa memperkirakan berapa biaya pembersihan yang diperlukan untuk membersihkan candi tersebut.

Sejak penutupan dilakukan, tidak ada pemasukan dari tiket pengunjung. Padahal pada hari biasa ada 15.000 pengunjung yang membeli tiket dengan harga Rp 15.000 per tiket atau Rp 225 juta per hari. Sedang pada akhir pekan ada 20.000 pengunjung yang membeli tiket dengan harga Rp 25.000 per tiket atau Rp 500 juta per hari. Sedang pada hari libur nasional dan hari raya ada sekitar 40.000 pengunjung yang membeli tiket dengan harga Rp 27.500 per tiket atau Rp 1,1 miliar per hari.

Menurut Agus kerugian terbesar akan terjadi pada masa pemulihan. Sebab dengan meletusnya Merapi diperlukan promosi yang menandakan kondisi sudah aman. Biaya promosi tersebut masih belum diperhitungkan. “Mungkin butuh waktu tiga bulan,” katanya. Dalam masa tersebut tidak hanya candi Borobudur yang akan mengalami kerugian atau penurunan kunjungan, tapi juga sektor pendukung seperti hotel dan transportasi.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Ben Sukma mengatakan saat ini, hingga enam bulan kedepan kunjungan wisatawan mancanegera ke Yogyakarta akan turun drastis. “Saya perkirakan wisatawan asing yang masuk Yogyakarta saat ini bisa dibilang nol atau tidak ada sama sekali,” kata Ben.

Sebelum ada jaminan yang menyatakan kondisi Merapi sudah mereda atau aman, para wisatawan asing tidak akan berani melakukan kunjungan. Apalagi wisatawan asal Eropa, karena asuransi tidak mau menanggung akibat jika terjadi sesuatu di daearah rawan bahaya. Ben memperkiraan waktu pemulihan tersebut tergantung kecepatan kepastian atau jaminan keadaan aman.

PHRI Yogyakarta mencatat tingkat okupansi hotel berbintang masih normal hingga Jumat (5/11) yaitu sekitar 60%-70%, beberapa ada yang mencapai 80-90%. Sedangkan untuk hotel non bintang sekitar 20-30%.

Namun menurut Ben jumlah okupansi tersebut tidak mencerminkan kondisi pariwisata dalam keadaan normal. Dia bilang okupansi hotel terjaga karena sejumlah pihak yang terkait dengan meletusnya gunung Merapi menginap di hotel. Misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing dan dalam negeri, wartawan asing dan dalam negeri, relawan, juga pejabat yang melakukan peninjauan lokasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×