kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Biofarma gandeng Eijkman Institute kembangkan vaksin virus corona


Kamis, 13 Februari 2020 / 16:12 WIB
Biofarma gandeng Eijkman Institute kembangkan vaksin virus corona
ILUSTRASI. The ultrastructural morphology exhibited by the 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV), which was identified as the cause of an outbreak of respiratory illness first detected in Wuhan, China, is seen in an illustration released by the Centers for Disease Cont


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen vaksin dan antisera PT Bio Farma (Persero) akan mengembangkan vaksin COVID-19 bersama dengan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Institute yang berada di bawah Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia.

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menyatakan, khusus untuk kasus Corona, Bio Farma menggandeng LBM Eijkman Institute untuk mengembangkan vaksin COVID-19 di Indonesia. Adapun saat ini Honesti mengakui baru sebatas pembahasan awal.

"Biofarma menilai hasil riset LBM Eijkman sedikit lebih maju dibanding lembaga riset dalam negeri lainnya," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (13/2).

Baca Juga: Penurunan impor dari China bisa jadi bahaya bagi Indonesia

Honesti menjelaskan kolaborasi ini sesuai kapasitas LBM Eijkman di bidang diagnostik virus dan pengembangan vaksin Corona virus dengan pendekatan Bio informatik.

Honesti bilang vaksin tersebut berbasis peptida dari informasi sekuens DNA penderita COVID-19. Meski demikian, sejauh ini Honesti menyatakan belum diinfokan lagi apakah DNA COVID-19 sudah ada atau belum.

Sebelum ini Honesti pernah menjelaskan pengembangan vaksin Corona jika dilakukan dalam keadaan normal, artinya tidak ada kejadian darurat, rata-rata proses pembuatan vaksin membutuhkan waktu hingga 15 tahun. "Lamanya di tahap uji klinis," ujarnya. 

Meski demikian, Honesti bilang dengan adanya kondisi darurat seperti saat ini bakal ada prosedur khusus yang bisa dilakukan sehingga proses vaksinnya bisa lebih cepat dilaksanakan.

Baca Juga: Lonjakan kasus virus corona membuat harga logam industri nelangsa

Melansir keterangan tertulis di situs resmi Eijkman Institute (12/2), Peneliti LBM Eijkman Frilasita Aisyah Yudhaputri, M.BiomedSc. memaparkan lewat pendekatan biologi molekuler, LBM Eijkman telah memiliki kapasitas dan kemampuan dalam mendeteksi secara sensitif dan spesifik keberadaan virus COVID-19 dalam sampel klinis.

Adapun metode yang digunakan adalah kombinasi Teknik PCR dan sequencing dengan menggunakan gen RNA-dependent RNA Polymerase (RdRP) virus sebagai penanda identifikasi.

Dalam penanganan virus Corona, LBM Eijkman mempunyai fasilitas laboratorium tersertifikasi untuk menangani patogen risiko tinggi (laboratorium Biosafety Level (BSL)-2 dan -3).

Baca Juga: Ini strategi investasi MAMI di tengah gejolak wabah virus corona

Kemampuan ini juga didukung fasilitas alat Next-Generation Sequencing dan analisis bioinformatika yang telah diakui secara internasional.

Dengan demikian, LBM Eijkman dapat berperan secara strategis sebagai laboratorium yang langsung memeriksa sampel klinis dari pasien terduga atau menjadi laboratorium pembanding/konfirmasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×