kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis alat berat paska pilpres dIharapkan terdongrak


Minggu, 21 April 2019 / 16:52 WIB
Bisnis alat berat paska pilpres dIharapkan terdongrak


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kuartal I-2019 produksi alat berat nasional masih naik tipis. Dari data Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) tercatat produksi mencapai 1.733 unit atau naik 2,9% dari periode sama tahun lalu sebesar 1.684 unit.

Produksi terbesar masih dari jenis alat berat hydraullic excavator yang menyumbang 1.524 unit. Sisanya produksi oleh bulldozer, motor grader, wheel loader dan dump
truck.

Ketua Hinabi Jamaludin menjelaskan kondisi penjualan yang naik tipis awal tahun ini terdorong sisa pemesanan akhir tahun lalu. Padahal sejak September 2018 permintaan cenderung trennya menurun.

"Pemicunya masih dari sektor batubara khususnya yang berkalori rendah belum kelihatan geliatnya. Mungkin bulan depan baru kelihatan permintaannya," kata Jamaludin kepada Kontan.co.id, Minggu (21/4).

Hinabi menargetkan, produksi alat berat tahun 2019 ini sebesar 7.000 unit. Target tahun ini terdorong permintaan dari sektor pertambangan yang sedang menikmati harga komoditas dan menggeliatnya sektor konstruksi.

Menurutnya pengusaha banyak yang menunggu hasil Pemilu sehingga permintaan sedikit melambat. Jamaludin berharap pemerintahan berikutnya bisa membereskan masalah perijinan bahan baku impor dan bisa menstabilkan harga komoditas.

Secara terpisah Adianus Hadiwinata, Ketua Umum Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) menjelaskan beberapa tahun belakangan ini permintaan (demand) alat berat dari sektor konstruksi bisa dibilang cukup baik dan stabil.

"Kami berharap siapapun pemegang kendali pemerintah yang berikutnya dapat terus melanjutkan pembangunan sehingga seluruh industri turunannya pun dapat menikmati pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth)," kata Adrianus kepada Kontan.co.id, Minggu (21/4).

Menurutnya bila pembangunan termasuk infrastruktur dihentikan atau dikurangi tentunya akan memiliki dampak yang negatif terhadap industri alat berat. PAABI juga
berharap agar LKPP dapat segera membuka lagi seleksi penyedia alat untuk melengkapi e-Katalog alat berat LKPP.

Menuruntya pada saat ini institusi pemerintah dihadapi pilihan yang terbatas yang tentunya berdampak terhadap kinerja dan penyerapan anggaran dan mayoritas penyedia alat tidak dapat berpartisipasi dalam e-katalog yang tentunya akan berdampak terhadap kinerja penjualan perusahaan-perusahaan tersebut

"Secara makro, porsi penjualan alat berat ke instansi pemerintah tidak besar. Tapi untuk sebagian pelaku industri, penjualan ke pemerintah melalui LKPP jumlahnya
lumayan signifikan jadi situasi e-Katalog saat ini sangat mengganggu kinerja mereka," lanjut Adrianus.

Adapun untuk lelang sudah selesai pada Desember 2018 lalu. Adrianus menjelaskan dalam proyek e-catalog tahun ini yang dapat menjadi penyedia hanya tiga perusahaan saja. Saat KONTAN mengecek website resmi LKPP, tiga perusahaan penyedia tersebut yakni PT Bina Pertiwi, PT United Tractors Tbk, PT Pindad (Persero).

Sementara itu manajemen PT Kobexindo Tractors Tbk menilai bisnis alat berat di 2019 diprediksi tidak sekencang tahun sebelumnya. Menurut Martio pertumbuhan alat berat mulai menanjak pada periode akhir 2016 kemudian memasuki fase booming di 2017 dan mencapai puncaknya pada 2018 lalu.

“Kondisi tersebut mengikuti membaiknya harga dan permintaan komoditas aneka tambang khususnya batu bara,” kata Direktur Keuangan PT Kobexindo Tractors Tbk, Martio kepada Kontan.co.id beberapa saat lalu

Adapun tantangan di 2019 lebih menantang terkait pengurangan permintaan batu bara di Cina, pergerakan harga yang volatile dan tahun politik. “Sedangkan katalis positif pertumbuhan kami nilai dari pemenuhan batu bara dalam negeri yang diperkirakan naik karena mulai beroperasinya beberapa PLTU serta peremajaan unit alat berat yang dilakukan oleh pelaku tambang,” paparnya.

Melihat kondisi tersebut, emiten berkode saham KOBX menargetkan pertumbuhan pendapatan 10% di 2019. Target tersebut berbeda jauh ketimbang kenaikan pendapatan KOBX pada 2018.

Dalam laporan keuangan tahun 2018, pendapatan KOBX sebesar US$ 101,50 juta. Jumlah itu naik 35,6% dibandingkan pendapatan tahun 2017 yakni sebesar US$ 74,87 juta. Dimana pencapaian ini merupakan rekor pendapatan tertinggi KOBX dalam 6 tahun terakhir.

Direktur PT United Tractors Tbk (UNTR) Iwan Hardiantoro mengatakan, untuk kebutuhan ekspansi tahun ini, pihaknya menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 700 juta-US$ 800 juta.

"Sebagian besar dana itu untuk pemeliharaan alat berat melalui anak usaha Pamapersada Nusantara," ungkapnya pada sela-sela acara RUPST di kantor United Tractors, Selasa (16/4).

Menurut Iwan, meski penjualan alat berat tahun ini bakal menurun, namun ia masih optimistis kinerja UNTR masih bisa ditopang oleh lini bisnis lainnya yaitu pemeliharaan alat berat.

Bisnis ini diprediksi bakal tumbuh tipis bahkan cenderung stagnan dari tahun lalu. Sayangnya ia enggan membeberkan pertumbuhannya secara rinci. Sebagai informasi pada tahun ini UNTR menurunkan target penjualan alat berat. Mereka memangkas target penjualan dari 4.800 pada 2018 menjadi 4.000 unit pada tahun ini.

UNTR menjual sebanyak 1.171 unit alat berat pada periode Januari hingga Maret 2019, nilai ini turun dari penjualan alat berat untuk periode yang sama tahun 2018 sebesar 1.181 unit.

Penjualan Komatsu untuk sektor pertambangan masih memberikan kontribusi terbesar yaitu sebanyak 48% untuk periode Januari hingga Maret 2019. Meski begitu, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya kontribusi dari sektor pertambangan ini lebih rendah, pasalnya pada periode Januari-Maret 2018 kontibusi dari sektor pertambangan sebesar 60%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×