Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Hingga pertengahan tahun ini, bisnis PT Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk alias Sucaco masih kusut. Katalis yang diharapkan berdampak positif, menunjukkan hasil lain.
Katalis positif itu adalah beroperasinya pabrik baru di Balaraja, Banten. Pabrik dengan investasi Rp 52,35 miliar tersebut, didesain mampu memproduksi sekitar 245 ton kabel building wire per bulan. Kabel jenis itu banyak digunakan untuk properti, elektronik dan industri.
Sayangnya, segmen pasar ritel yang menjadi sasaran kabel itu, tak merespon positif. Dus pabrik itu baru memanfaatkan 60% dari total kapasitas produksi. "Efek-efek makro ekonomi berdampak pada bidang-bidang mikro termasuk jualan kabel ke pasar ritel," kata Bayu Adiwijaya Soepono, Direktur PT Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk, Rabu (11/6).
Katalis lain, proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW), nasibnya sama. Perusahaan itu mengaku banyak kontrak yang sudah mereka pegang lantas ditunda pelaksanaannya.
Alhasil hingga Juni 2015, Sucaco belum ambil bagian di mega proyek itu. Padahal awal tahun, Sucaco optimistis menjagokan proyek pemerintah melalui PT PLN sebagai pendongkrak penjualan.
Di saat pasar domestik tak menawarkan prospek cuan yang menggembirakan, Sucaco juga tak bisa mengompensasinya dengan pasar ekspor. Alasan mereka, biaya pengangkutan ke pasar mancanegara cukup besar.
Sucaco mengaku kalah bersaing dari sisi harga dengan perusahaan lain. "Kami kalah saing di biaya angkut. Tahun 2004-2005, pasar Indonesia pernah lesu dan kami alihkan jualan ke Timur Tengah, tapi tak cukup banyak keuntungannya," alasan Bayu. Atas dasar itu, Sucaco tak berniat menggenjot pasar ekspor.
Pilihan Sucaco yang tak berhasrat pada pasar ekspor bisa terlihat dari catatan kinerja kuartal I-2015. Pada triwulan pertama tahun ini, perusahaan itu mencatatkan penjualan ekspor Rp 7,77 miliar. Nilai itu setara dengan 0,89% terhadap total penjualan yakni Rp 872,38 miliar.
Patut dicatat, penjualan di kuartal I-2015 tersebut menyusut 11,26% jika dibandingkan dengan penjualan di kuartal I-2014. Sepanjang tiga bulan pertama tahun lalu, Sucaco mencetak penjualan Rp 991,84 miliar.
Tak cuma penjualan yang turun. Laba tahun berjalan Sucaco di kuartal I-2015 turun 28,49%, dari Rp 51,76 miliar di kuartal I-2014 menjadi Rp 37,01 miliar di kuartal I-2015.
Kinerja kuartal I itu paling tidak menggambarkan kinerja paruh pertama tahun ini.
Lantas untuk semester II nanti, Sucaco memprediksi paling banter kinerja semester II tahun ini akan sama dengan semester II tahun lalu, alias tak ada pertumbuhan kinerja. "Kalau semester II membaik, kami berharap bisa mencatatkan penjualan sama dengan tahun lalu," harap Bayu.
Tahun ini Sucaco menyiapkan dana belanja modal sebesar Rp 70 miliar. Perinciannya: sebanyak Rp 40 miliar untuk pemeliharaan mesin. Lalu, sebanyak Rp 30 miliar sisanya untuk anggaran belanja modal rutin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News