Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis properti, khususnya sektor perkantoran yang masih tertekan berdampak pada pembangunan proyek-proyek skycraper atau gedung pencakar langit.
Sebelumnya, PT Acset Indonusa Tbk bersama dengan China Construction Eighth Engineering Division Corp Ltd dan PT Bintai Kindenko Engineering Indonesia mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) untuk PT China Sonangol Media Investment.
Gugatan tersebut telah didaftarkan pada Kamis, 12 November 2020 dengan nomor perkara 385/Pdt. Sus-PKPU/2020/PN Niaga Jkt.Pst.
Director Head of Research & Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus menyebutkan hal tersebut juga adanya pengaruh dari bisnis perkantoran yang masih melambat akibat dampak berbagai faktor dari ekonomi dunia, ekonomi domestik, dan Covid-19.
Baca Juga: Tak ada kepastian bayar, Acset Indonusa ajukan PKPU pemilik proyek Tower Indonesia I
"Jadi saya kira dari timing saja yang kurang bagus sehingga terjadi masalah itu," ujarnya kepada kontan.co.id, Selasa (17/11).
Ia memaparkan membangun gedung pencakar langit memang memiliki risiko yang lebih tinggi lantaran memerlukan faktor pendukung yang lebih dibandingkan membangun gedung-gedung kebanyakan. Karenanya, risiko penjadwalan ulang hingga kegagalan pembangunan sangat tinggi.
"Jika terkena pengaruh dari faktor resesi sedikit saja bisa mempengaruhi pembangunannya. Itu sudah terjadi di seluruh dunia, bukan hanya Indonesia saja," sebutnya.
Di Indonesia sendiri, Anton memaparkan sejak 1998 sudah banyak yang berencana membangun gedung pencakar langit. Salah satunya Menara Jakarta yang akhirnya tidak terealisasi. Selain gedung tersebut, pembangunan gedung pencakar langit lainnya yang tidak pernah terealisasi yaitu Gedung Badan Industri Strategis (BPIS) yang merupakan rencana gabungan para kantor BUMN bidang strategis seperti Pindad, BUMN baja, dan lain-lain.
Baca Juga: Etihad Airways menawarkan penerbangan langsung Dubai-Tel Aviv akhir bulan ini
"Lalu ada juga di SCBD yang rencananya akan dijadikan seperti Menara 101 tapi sampai sekarang juga tidak jadi. Saya kira [pasokan gedung pencakar langit] mungkin yang terakhir itu Gama Tower," ujarnya.
Senada, Senior Director Office Services PT Colliers International Indonesia Bagus Adikusumo menyebutkan proyek tersebut merupakan proyek perkantoran Grade A sehingga investasi yang dikeluarkan tinggi.
"Kemudian spesifikasi, mechanical electrical, safety, security, teknologi, sudah pasti menggunakan yang terbaik sehingga cost dari awal sudah besar," sebutnya.
Beriringan dengan itu, pasar perkantoran di Indonesia masih melambat dengan adanya kelebihan pasokan yang mengakibatkan permintaan terbatas hingga harga terkoreksi ditambah pandemi Covid-19 yang melanda. "Jadi beberapa gedung yang memundurkan jadwal penyelesaiannya," lanjutnya.
Bagus mengungkapkan, secara spesifik ia tidak terlalu memahami persoalan Indonesia 1. Yang jelas, sebelumnya dari manajemen Indonesia 1 telah konfirmasi akan terjadi perlambatan penyelesaian dari akhir tahun 2021 menjadi pertengahan 2022.
Baca Juga: Etihad Airways akan mulai terbang ke Tel Aviv musim semi mendatang
Secara umum, ia menyebutkan prospek gedung pencakar langit bisa dilihat saat ini dengan jumlah yang cukup banyak di Indonesia banyak. Ia mengakui memang ada beberapa gedung yang akhirnya batal didirikan.
"Namun, itu yang memang belum dimulai, kalau yang sudah mulai seperti Daswin Tower dan Thamrin 9 selesai dibangun. Jadi, memang selain Menara Jakarta belum ada gedung pencakar langit yang gagal dibangun," tutupnya.
Selanjutnya: Pasca kesepakatan damai, pesawat pertama pembawa turis asal Israel mendarat di UEA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News