kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bobot sapi bakalan impor akan susut menjadi 250 kg


Selasa, 12 Februari 2013 / 09:03 WIB
Bobot sapi bakalan impor akan susut menjadi 250 kg
ILUSTRASI. Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (16/8/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Pemerintah menyatakan populasi sapi potong di dalam negeri mencapai 16 juta ekor pada 2012. Jumlah ini dianggap cukup untuk
memenuhi kebutuhan nasional.

Demi menyokong kelancaran pasokan sapi domestik, Kementerian Pertanian berencana merevitalisasi 18 rumah potong hewan (RPH) di tahun ini.
Nantinya, pengelola RPH tidak hanya memotong sapi dalam bentuk karkas, tapi juga berbentuk daging kemasan atau meat box.

Kini, program revitalisasi 18 RPH ini masih dalam tahap tender. "Tender selesai Juni  2013 dan revitalisasi bisa segera dimulai," ungkap Syukur
Iwantoro, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, dalam rapat bersama Panitia Kerja Swasembada Daging Komisi IV DPR di Jakarta, Senin (11/2).

Secara total, jumlah RPH di Indonesia mencapai 420 unit, yang meliputi RPH milik pemerintah sebanyak 404 unit dan swasta 16 unit. Kemudian jumlah tempat pemotongan hewan (TPH) mencapai 273 unit yang merupakan milik swasta.

Setiap tahun jumlah sapi yang dipotong di RPH mencapai 2 juta ekor. Sebanyak 58% dipotong di RPH swasta, 39% dipotong di TPH dan 3% di RPH
swasta.

Selain merevitalisasi RPH, Kementerian Pertanian menyetujui usulan Komisi IV DPR agar sapi bakalan impor memiliki bobot maksimal 250 kilogram per ekor. Selama ini, berat maksimal sapi bakalan impor mencapai 350 kg per ekor. Dengan penurunan bobot sapi bakalan impor, maka masa penggemukan menjadi lebih lama dan peternak mendapatkan margin lebih besar.

Ketua Komisi IV DPR, Muhammad Romahurmuziy, menyatakan DPR sepakat dengan penurunan bobot sapi bakalan impor. DPR juga mendukung program swasembada daging, dengan tidak menambah kuota impor 2013.

Terkait program swasembada daging sapi, Syukur optimistis bisa terwujud pada 2014. Pada tahun ini, konsumsi daging sapi di dalam negeri ditaksir mencapai 2,2 kg per kapita per tahun.

Tahun 2014, konsumsi daging sapi kemungkinan naik menjadi sebesar 2,36 kg per kapita per tahun. "Pada  tahun 2014, impor daging sapi hanya 10% dari total kebutuhan nasional," ungkap Syukur.

Berdasarkan pemetaan kebutuhan stok daging nasional per daerah, menurut Syukur, dari 33 provinsi hanya 19 provinsi yang dinyatakan sebagai
daerah surplus. Sisanya sebanyak 14 provinsi masih membutuhkan pasokan.

Sementara itu, harga daging sapi di dalam negeri masih tinggi. Kenaikan harga terutama terjadi di tiga kota yaitu Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Bachrul Chairi, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, mengatakan harga daging sapi di tiga kota itu
lebih dari Rp 90.000 per kg.

Harga daging sapi juga tinggi di Medan dan Surabaya, berkisar Rp 80.000-Rp 90.000 per kg. "Tapi secara nasional harga daging sapi rata-rata
Rp 80.000 per kilogram," kata Bachrul.

Harga rata-rata nasional daging sapi selama Januari 2013 mencapai Rp 86.000 per kg. Dus, harga tersebut sudah naik cukup signifikan yakni 21%
dibandingkan posisi Januari tahun lalu yang hanya senilai Rp 71.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×