kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.940.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.442   107,00   0,66%
  • IDX 7.936   30,42   0,38%
  • KOMPAS100 1.106   -3,16   -0,28%
  • LQ45 813   -4,14   -0,51%
  • ISSI 266   0,45   0,17%
  • IDX30 421   -2,53   -0,60%
  • IDXHIDIV20 488   -3,70   -0,75%
  • IDX80 123   -0,68   -0,55%
  • IDXV30 131   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 136   -1,35   -0,98%

Boeing: Indonesia Butuh 600 Pesawat Baru dalam 20 Tahun ke Depan


Rabu, 27 Agustus 2025 / 19:42 WIB
Boeing: Indonesia Butuh 600 Pesawat Baru dalam 20 Tahun ke Depan
ILUSTRASI. The Boeing logo is seen on the side of a Boeing 737 MAX at the Farnborough International Airshow, in Farnborough, Britain, July 20, 2022. REUTERS/Peter Cziborra


Reporter: Leni Wandira | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia diperkirakan membutuhkan tambahan sekitar 600 pesawat baru dalam 20 tahun mendatang untuk menopang lonjakan permintaan perjalanan udara.

Proyeksi ini tercantum dalam laporan Commercial Market Outlook (CMO) 2025 yang dirilis Boeing. Laporan tersebut menyoroti kekuatan demografi, pertumbuhan kelas menengah, serta kontribusi pariwisata terhadap perekonomian nasional.

Managing Director Boeing Commercial Marketing untuk Asia Timur Laut, Asia Tenggara, dan Oseania, David Schulte menyebut, faktor demografi menjadi penentu utama.

Baca Juga: Korean Air Cetak Rekor, Pesan 103 Pesawat Boeing Senilai US$50 Miliar

“Indonesia memiliki demografi usia muda yang tinggi, yang berarti keinginan dan hasrat untuk bepergian mungkin lebih besar dibanding negara dengan populasi yang menua,” ujarnya dalam media briefing di Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Berdasarkan proyeksi, jumlah penduduk muda Indonesia akan meningkat dari 30 juta jiwa pada 2024 menjadi 35 juta jiwa pada 2044.

Di sisi lain, kelas menengah diperkirakan tumbuh sekitar 3% per tahun, sementara kelas menengah atas lebih cepat, yakni 8% per tahun.

Selain faktor demografi dan daya beli, sektor pariwisata juga dipandang sebagai pendorong penting industri penerbangan.

Hingga akhir 2024, pariwisata diperkirakan menyumbang 5% terhadap produk domestik bruto (PDB), dengan belanja wisatawan internasional mencapai Rp 291 triliun.

Baca Juga: Boeing Bakal Menjual 500 Pesawat ke China

Kondisi ini menuntut infrastruktur penerbangan yang lebih kuat, termasuk penambahan armada pesawat.

Data Boeing mencatat, armada pesawat Indonesia tumbuh dari 398 unit pada 2014 menjadi 480 unit pada 2024.

Namun, pengiriman pesawat baru ke Indonesia anjlok signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sebelum pandemi, rata-rata pengiriman mencapai 30–40 pesawat per tahun. Angka itu menyusut menjadi empat unit pada 2020 dan bahkan hanya satu unit pada 2023.

Akibatnya, utilisasi pesawat meningkat dengan tingkat keterisian (load factor) yang semakin tinggi. Tekanan bertambah karena usia rata-rata armada mencapai hampir 15 tahun—tertinggi di Asia Tenggara.

Sebagai perbandingan, Malaysia memiliki armada berusia rata-rata 10,9 tahun, Thailand 11 tahun, Vietnam 8 tahun, dan Singapura 8,3 tahun.

Baca Juga: Boeing dan Airbus Rilis Data Pengiriman Pesawat Juli 2025: Airbus Tetap Unggul

“Jika Indonesia ingin menyamai rata-rata jumlah kursi penerbangan per kapita di Asia Tenggara, yang saat ini 0,65 dibandingkan 0,4 di Indonesia, maka dibutuhkan tambahan sekitar 600 pesawat baru,” jelas Schulte.

Menurut Boeing, kebutuhan pesawat baru tidak hanya untuk memenuhi permintaan, tetapi juga untuk memperbarui armada lama, meningkatkan efisiensi operasional, serta menjamin standar keselamatan penerbangan.

Selanjutnya: Trisula International (TRIS) Bagikan Dividen Interim, Cek Besaran dan Jadwalnya

Menarik Dibaca: Film Legenda Kelam Malin Kundang Rilis Teaser Poster dan Teaser Trailer

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×