kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,48   -1,25   -0.14%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BPH Migas pegang janji Pertamina untuk rampungkan digitalisasi SPBU di Kuartal-I 2020


Senin, 16 Desember 2019 / 06:12 WIB
BPH Migas pegang janji Pertamina untuk rampungkan digitalisasi SPBU di Kuartal-I 2020
ILUSTRASI. Penyaluran BBM Pertamina: Pengisian bahan bakar di SPBU Pertamina, Jakarta Selatan, Jumat (9/8). Petamina MOR III memperkirakan konsumsi BB pada Satgas Idul Adha diperkirakan stabil tidak ada kenaikan yang berarti. KONTAN/Baihaki/9/8/2019


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) meminta supaya PT Pertamina (Persero) bisa segera merampungkan program Noozle alias digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) BPH Migas Patuan Alfon Simanjuntak mengungkapkan, Pertamina berjanji bisa merealisasikan noozle pada 5.518 SPBU pada Kuartal I tahun depan.

"Pertamina yang menjanjikan seperti itu, bukan kami. BPH Migas meminta supaya ini bisa cepat diselesaikan, untuk memudahkan pengendalian penyaluran BBM," kata Alfon saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (15/12).

Baca Juga: Kuota BBM Subsidi 2020 sudah ditentukan, begini kesiapan Pertamina dan AKR

Dari sejumlah SPBU yang ditargetkan akan terdigitalisasi itu, Anggota Komite BPH Migas Henry Achmad mengatakan bahwa hingga saat ini, program noozle tersebut baru terealisasi sekitar 40%. "Kurang lebih baru 2.300 SPBU yang terinstall (noozle), sekira baru 40% dari yang ditargetkan," sambungnya.

Baik Alfon maupun Henry mengatakan, BPH Migas mendorong agar program digitalisasi ini bisa segera terealiasi. Sebab, noozle ini menjadi instrumen yang penting bagi pengawasan dan pengendalian, khususnya dalam penyaluran BBM bersubsidi.

Melalui digitalisasi ini, kata Alfon, penyaluran BBM bersubsidi bisa tepat sasaran, baik secara volume maupun konsumen penggunanya.

Baca Juga: Pertamina buka 62 outlet delivery Bright Gas di area Bekasi hingga Subang

"Dengan ini kita bisa tahu, siapa yang mengisi (BBM), plat nomornya berapa, berhak atau tidak, berapa volumenya. Jadi bisa terkontrol, karena BBM subsidi harus tepat volume dan tepat sasaran," jelas Alfon.

Adapun, program digitalisasi noozle SPBU ini dijalankan oleh PT Pertamina (Persero) yang bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

Dimulai pada Agustus 2018, program ini awalnya ditargetkan bisa rampung pada akhir 2018. Namun, target itu tidak tercapai, dan berubah menjadi pertengahan hingga akhir tahun ini.

Sayangnya, penyelesaian program ini terus molor hingga tahun depan. "Targetnya mundur dari 2018, pertengahan 2019, mundur lagi ke 2020," kata Alfon.

Baca Juga: Kementerian BUMN: B30 akan dilaunching akhir bulan ini

Di sisi lain, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjanjikan akan merampungkan program ini pada Kuartal I-2020. Nicke mengatakan, penyelesaian noozle sejalan dengan fokus Pertamina di tahun depan untuk meningkatkan pengawasan pada BBM dan LPG bersubsidi agar tepat sasaran.

"Kita konsennya subsidi tepat sasaran, digitalisasi noozle di seluruh SPBU yang besar kita implementasikan ada 5.518. Triwulan pertama (2020) ini sudah mau kita selesaikan," kata Nicke di Kementerian BUMN, Kamis (12/12).

Sebagai informasi, sebelumnya Kontan.co.id pernah memberitakan alasan dari Pertamina mengapa program ini belum kunjung rampung. Direktur Pemasaran Ritel Pertamina Mas'ud Khamid mengatakan, penyelesaian noozle terkendala kesiapan infrastruktur pendukung digitalisasi SPBU.

"Kendala pertama dari infrastruktur SPBU, selama ini diasumsi sudah ada perangkatnya, sudah ada soketnya, sudah ada raknya, ternyata tidak," ujar Mas'ud.

Baca Juga: Sewa lokasi rest area tol Batang-Semarang dipatok Rp 250.000 per meter persegi

Penyebab lainnya, antara lain berasal dari minimnya pemahaman pengelola SPBU, termasuk soal kekhawatiran terkait aspek keamanan.

Kendala lainnya, kata Mas'ud ialah terkait dengan beragamnya integrasi aplikasi. Misalnya, untuk pembayaran, Pertamina dan Telkom perlu mengintegrasikan mesin Electronic Data Capture (EDC) LinkAja pada masing-masing SPBU.

"Jadi memang meskipun secara hardware itu sudah diinstal semua, tapi itu perlu integrasi dan yang diintegrasikan tidak sekadar mendigitalkan pengukuran SPBU," tutur Masud.

Adapun, hingga akhir tahun 2019, penyaluran solar bersubsidi diproyeksikan mencapai 16,15 juta kilo liter (kl), atau melebihi target kuota tahun ini yang sebesar 14,5 juta kl.

Baca Juga: Duduk bersama Jokowi di Istana Merdeka, Ahok bahas cara memperbaiki neraca dagang

Sementara untuk tahun depan, kuota solar subsidi ditetapkan sebesar 15,31 juta kl. Namun, Nicke memproyeksikan penyaluran solar subsidi pada tahun 2020 bisa kembali melampaui target hingga ke angka 17,02 juta kl.

Oleh sebab itu, Alfon justru meminta Pertamina untuk segera merampungkan program noozle agar kontrol terhadap penyaluran BBM bersubsidi bisa semakin baik.

"(kuota) 15,3 juta KL itu sudah diperhitungkan baik-baik. Dengan adanya Noozle nanti, bisa terkontrol, volume pengisian dan siapa yang mengisi," ungkap Alfon.

Baca Juga: Ramai-ramai Menadah Berkah Kebijakan Biodiesel B30

Sebagai informasi, pada tahun 2020 nanti, BPH Migas sudah menetapkan kuota BBM tertentu bersubsidi jenis minyak tanah (Kerosene) sebesar 560 ribu kl dan minyak solar sebesar 15,31 juta kl.

Sementara itu, kuota yang disalurkan oleh Pertamina terdiri dari minyak tanah sebesar 560.000 kl dan minyak solar sebesar 15,07 juta kl. Sedangkan AKR Corporindo pada tahun 2020 memiliki kuota penyaluran solar sebesar 234 ribu kl.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×