Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah melakukan revisi pada komoditas beras, pemerintah membuka peluang akan melakukan pendataan ulang pada komoditas lain, terdekat pada jagung yang akan mulai dikaji pada tahun 2019.
Yudi Anantasena, Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan pihaknya siap untuk melakukan kajian pada komoditas jagung. "Kajian bisa dimulai tahun 2019 dan pelaksanaan di tahun 2020," katanya, Rabu (24/10).
Tapi sebelum melakukan kajian pada data luas lahan dan produksi jagung, Yudi melihat harus dilakukan pendalaman lebih lanjut terlebih dahulu.
Asal tahu, hal ini disampaikan Yudi dalam agenda "Perbaikan Metodologi Perhitungan Data Produksi Beras dengan Metode Kerangka Sampel Area (KSA)" yang diselenggarakan oleh BPS hari ini.
Menanggapi ini, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pihaknya harus melakukan pilot project berulang-ulang terlebih dahulu untuk meyakinkan apakah metode perhitungan kali ini bisa dipakai di komoditas lainnya.
Namun, koordinasi akan bergantung pada arahan Sekretariat Wakil Presiden sehingga harus menunggu arahan tersebut terlebih dahulu. "Ada harapan ke sana, tapi nanti kita lihat," katanya.
Asal tahu, sebelumnya Kementerian Pertanian mengklaim luas panen jagung pada tahun 2018 sesuai Angka Ramalan I adalah seluas 5,73 juta ha dan produksi bisa mencapai 30,055 juta ton.
Tak hanya itu, berdasarkan hitungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kemtan produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 12,49% per tahun.
Dengan begitu, di tahun 2018, produksi jagung diklaim bisa mencapai 30 juta ton pipilan kering (PK). Berdasarkan Angka Ramalan I (ARAMI) data luas panen per tahun rata-rata meningkat 11,06%, dan produktivitas rata-rata meningkat 1,42%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News