Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia terkenal dengan keragaman sumber daya alamnya. Salah satunya adalah buah-buahan. Nah, buah asal Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dipasarkan di Rusia. Hanya saja peningkatan ekspor dapat dilakukan dengan memperbaiki kendala konektivitas dan teknologi dalam proses pengiriman.
Duta Besar RI untuk Rusia periode 2016- Juli 2020, Wahid Supriyadi mengatakan, potensi besar buah asal Indonesia semakin nampak usai usai Uni Eropa memutuskan memperpanjang sanksi ekonomi terhadap Rusia. Hal tersebut menggangu perdagangan sayur dan buah-buahan antar keduanya.
"Perhitungan kira-kira ada US$ 2,45 miliar yang ditinggal Uni Eropa (karena konflik dengan Rusia). Ini peluang yang besar sekali dan yang selama ini belum kita manfaatkan," ungkapnya dalam diskusi virtual Core Economic Talks, Rabu (26/8/2020).
Baca Juga: Memanfaatkan peluang besar ekspor produk olahan kelapa Indonesia
Berdasarkan data Federal Custom Service Rusia, total impor sayur dan buah negara tersebut mencapai mencapai US$ 6,5 miliar, dengan jumlah 7,07 ton pada tahun 2019. Sayangnya, di tahun yang sama, Indonesia hanya mengambil pasar buah Rusia dengan nilai ekspor US$ 11,28 juta dan jumlahnya 8.146 ton.
Impor sayur dan buah Rusia didominasi oleh Ekuador sebesar 21%, Turki 15%, China 10%, Azerbaijan 6%, Mesir 6%, Moldova 5%, dan Belarus 4%. "Yang sangat heran buat saya, impor paling besar buah dan sayuran itu dari Ekuador yang jaraknya saja lebih jauh dari Indonesia. Gila lagi, pisang itu 96% share-nya dikuasai Ekuador yang cuma jenis pisang ambon. Padahal kita punya banyak jenis pisang," ucapnya.
Baca Juga: BPS catat impor pada bulan Juli 2020 turun 2,73%
Wahid mengatakan, dengan potensi alam yang ada, Indonesia punya potensi sangat besar untuk bisa menguasai pasar buah-buahan Rusia. Hanya saja, terkendala konektivitas yakni jarak yang jauh dan tidak ada penerbangan langsung dari Indonesia ke Rusia.