kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bukit Asam (PTBA)-Pertamina ajukan insentif untuk harga DME yang kompetitif


Selasa, 17 Desember 2019 / 19:58 WIB
Bukit Asam (PTBA)-Pertamina ajukan insentif untuk harga DME yang kompetitif


Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero) terus mengupayakan proyek gasifikasi batubara sebagai substitusi untuk mengurangi penggunaan dan impor Liquified Petroleum Gas (LPG).

Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk Suherman bilang kedua belah pihak telah merampungkan studi kelayakan untuk dua lokasi proyek yakni Peranap dan Tanjung Enim.

"Kita sedang proses pengajuan insentif dari pemerintah," kata Suherman kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12).

Upaya ini dinilai perlu dilakukan demi memperoleh harga produk dimethylether (DME) yang bersaing dengan harga LPG.

Baca Juga: Hingga kuartal III-2019, Bukit Asam (PTBA) telah lampaui kuota wajib DMO batubara

Suherman melanjutkan, di saat bersamaan, kedua pihak juga tengah mengevaluasi perhitungan keekonomian harga produk DME.

Jika telah rampung, barulah proyek gasifikasi batubara dapat dilanjutkan ke tahap Detail Engineering Design dan Engineering Procurement Construction.

Tahapan EPC sendiri ditargetkan dapat rampung pada 2024 mendatang. Selain pengajuan insentif dan perhitungan keekonomian, Suherman menyebutkan, PTBA dan Pertamina juga mengharapkan dukungan regulasi demi kelancaran proyek.

"Dukungan regulasi meliputi tarif royalti bahan baku batubara," terang Suherman.

Masih menurut Suherman, penetapan lokasi proyek gasifikasi batubara di Peranap masih memerlukan kajian lanjutan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan efisiensi bahan baku batubara dan kesiapan infrastruktur termasuk prasarana transportasi produk.

Sementara itu, lokasi proyek di Tanjung Enim tetap berjalan sesuai rencana yang ada. Suherman menambahkan, semua pihak berupaya melaksanakan Front End Engineering Design (FEED) di tahun 2020 mendatang.

"Feasibility Study sudah selesai pada akhir semester I 2019, tengah diupayakan FEED pabrik di 2020," kata Suherman.

Baca Juga: Kurangi impor LPG, Pertamina-PTBA hitung harga produk DME dari gasifikasi batubara

Seperti diketahui, ada dua proyek gasifikasi yang dikembangkan oleh PTBA dan Pertamina. Yakni proyek yang berlokasi di Tanjung Enim dan Peranap.

Di Tanjung Enim, PTBA bersama Pertamina bermitra dengan PT Pupuk Indonesia dan PT Chandra Asri Petrochemical untuk memproduksi urea, DME dan polypropylene.

Pabrik gasifikasi batubara ini direncanakan mulai beroperasi pada November 2022 dan diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500.000 ton urea per tahun, 400.000 ton DME per tahun, dan 450.000 ton polipropilen per tahun. Sementara kebutuhan batubara sebagai bahan baku diperkirakan sekitar 5,2 juta ton per tahun.

Baca Juga: Pertamina kaji opsi relokasi proyek DME ke Tanjung Enim

Kedua, di Peranap, Riau. Di sini, PTBA dan Pertamina bekerjasama dengan perusahaan asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals Inc.

Produk yang dihasilkan adalah DME dan syntheticnatural gas (SNG). Pabrik gasifikasi di Pranap ini diharapkan dapat mulai beroperasi pada tahun 2022 dengan kapasitas pabrik sebesar 400 ribu ton DME per tahun, dan 50 mmscfd SNG.

Yang terbaru, Presiden Joko Widodo menyinggung soal gasifikasi batubara dalam pembukaan Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Istana Negara.

"Batubara bisa disubstitusi menjadi gas sehingga tidak perlu impor LPG. Karena bisa dibuat dari batubara kita yang melimpah," kata Jokowi, Senin (16/12).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×