Reporter: Ario Fajar | Editor: Edy Can
JAKARTA. Omzet penjualan makanan dan minuman terus membengkak. Pada September lalu, omzet penjualan industri ini naik 10% menjadi sebesar Rp 400 triliun.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) mencatat peningkatan omzet karena kenaikan harga makanan dan minuman menyusul melambungnya harga bahan baku. Ketua Umum GAPMMI Adhi S. Lukman menuturkan, peningkatan penjualan juga didorong naiknya target omzet penjualan hingga akhir tahun. "Kami mengharapkan omzet penjualan bisa menembus Rp 620 triliun hingga akhir tahun ini dari target sebelumnya sebesar Rp 600 triliun," kata Adhi kepada KONTAN.
Produk minuman yang laris manis terjual adalah minuman kemasan (kaleng, botol, dus) seperti teh, kopi, softdrink, dan sari buah. Adhi bilang, lonjakan penjualan juga dialami minuman, yakni rata-rata sekitar 10%-15%. Sedangkan untuk produk makanan yang paling banyak seperti makanan kemasan. Namun untuk makanan kenaikannya tidak signifikan.
Pertumbuhan penjualan tertinggi dialami industri minuman menengah. Adhi mengatakan melonjaknya omzet penjualan di kelas menengah karena nilainya selama ini tidak terlalu besar. Selain itu, dia bilang kesempatan produsen minuman menengah masuk ke pasar lebih terbuka dibandingkan minuman besar. "Industri besar kesulitan melakukan penetrasi pasar, sementara industri menengah sekarang mampu memproduksi berbagai jenis minuman yang diproduksi industri besar," katanya.
Adhi mengatakan industri minuman yang besar biasanya tumbuh jika menambah jenis produk. "Untuk itu, industri besar hanya akan mengandalkan adanya produk baru agar bisa mendorong pertumbuhan. Walaupun bergitu, pertumbuhan industri minuman tergolong lebih cepat dibandingkan industri makanan," tambahnya.
Sekedar informasi saja, GAPMMI mencatat Lebaran kemarin omzet penjualan naik Rp12,5 triliun. Angka tersebut diambil berdasarkan asumsi pendapatan pada bulan biasa yang mencapai Rp 50 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News