kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bulog impor 200.000 ton jagung dari Brasil


Selasa, 27 Desember 2016 / 19:53 WIB
Bulog impor 200.000 ton jagung dari Brasil


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Perum Bulog akhirnya mendatangkan jagung impor dari Amerika Latin yakni Brasil pada penghujung tahun ini. Jagung impor tersebut akan digunakan untuk keperluan peternak kelas UMKM di seluruh Indonesia.

Pasalnya, harga jagung yang saat ini sudah melambung tinggi di atas batas harga yang ditentukan Kementerian Perdagangan (Kemdag) yakni Rp 3.750 per kilogram (kg). Di pasaran harga jagung pipilan dengan kadar air 15% sudah mencapai Rp 4.500 per kg.

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, jagung impor tersebut sudah mulai masuk di sejumlah pelabuhan di Indonesia seperti di Surabaya dan Jakarta. Kemudian kapal pengangkut jagung ini akan masuk ke sejumlah pelabuhan lainnya di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan jagung UMKM. "Sebanyak 200.000 ton akan masuk semuanya pada bulan Desember ini," ujar Djarot, Selasa (27/12).

Djarot menjelaskan jagung ini akan dijual Bulog dengan dua harga. Pertama jagung yang dijual dalam bentuk curah dibanderol seharga Rp 3.650 per kilogram (kg). Sementara jagung yang dijual dalam kemasan karung akan dijual Rp 3.750 per kg. Djarot mengklaim jagung yang dijual ini lebih kering dengan kadar air 14%.

"Kami memang memprioritaskan untuk dijual kepada peternak kecil kelas UMKM, mereka ini sebagian besar tidak memiliki gudang jagung," imbuhnya.

Menurut Djarot, Bulog tidak akan menjual jagung ini kepada industri kelas menengah dan atas sampai bulan Februari 2017 mendatang. Namun bila sampai bulan tersebut masih tersisa jagung impor ini, maka Bulog sudah dapat menjualnya kepada peternak kelas menengah dan atas itupun yang memiliki kaitannya dnegan UMKM.

Pada bulan Februari 2017 mendatang, diperkirakan produksi jagung lokal sudah mulai banyak karena memasuki bulan panen raya. Karena itu, peternak kecil tidak kesulitan mendapatkan jagung lokal untuk diolah menjadi pakan ternak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×