kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Bulog: Impor beras Myanmar hanya saat diperlukan


Senin, 30 Januari 2012 / 16:32 WIB
Bulog: Impor beras Myanmar hanya saat diperlukan
ILUSTRASI. Karyawan mengabadikan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/1/2021). ANTARA FOTO/Reno Esnir


Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso membantah akan merealisasikan impor beras dari Myanmar dalam waktu dekat. Ia bilang, pihaknya hanya menandatangani memorandum of understanding (MOU) komitmen penyediaan beras dengan asosiasi industri beras di Myanmar.

"Jangan disalahartikan, ini hanya MoU, bahwa mereka (Myanmar) menyanggupi menyediakan beras untuk Indonesia jika kita perlukan,” kata Sutarto ketika dihubungi KONTAN, Senin (30/1). Ia bilang, dalam MoU tersebut, Bulog bisa saja membatalkan rencana pembelian jika harga yang beras yang ditetapkan Myanmar terlalu tinggi.

“Kalau harganya tidak masuk, ya tidak bisa (impor)," jelas Sutarto. Dalam penjelasannya, MoU dengan Myanmar itu hanya komitmen untuk pengadaan beras sebesar 200.000 ton jika Indonesia membutuhkannya dalam jangka waktu satu tahun ke depan.

Kesepakatan itu menurut Sutarto, merupakan komitmen business to business, bukan di bawah payung hukum perjanjian antar dua negara seperti dengan Thailand dan Vietnam.

Sebelumnya, asosiasi Industri beras dari Myanmar mengaku sudah menyepakati penjualan beras kepada Perum Bulog sebanyak 200.000 ton. Pihak Asosiasi bilang, transaksi pembelian beras itu akan menjadi pengapalan beras pertama ke Indonesia, setelah ekspor beras Myanmar ke Indonesia terhenti sejak 10 tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×