Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI), emiten Grup Bakrie berharap dapat peningkatan produksi dapat terjadi di kuartal III-2021.
Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengungkapkan, saat ini perusahaan berada dalam kondisi oversold. Kondisi ini terdorong kenaikan harga batubara yang disebabkan oleh ketidakseimbangan pasokan dan permintaan yang dinilai mulai perlahan pulih.
"Ini pertanda baik untuk sektor ini dan untuk BUMI karena harga batubara telah melewati US$ 130 per ton," kata Dileep kepada Kontan.co.id, Selasa (29/6).
Meski tak merinci soal besaran produksi hingga saat ini namun Dileep memastikan kegiatan produksi dinilai masih berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai target yang dicanangkan.
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) meraih Indonesia Top Companies Award 2021
Asal tahu saja, untuk tahun 2021 BUMI menargetkan produksi mencapai 85 juta ton hingga 90 juta ton. Target ini lebih tinggi ketimbang realisasi tahun lalu yang sebesar 81,5 juta ton.
Dengan kondisi ini, Dileep mengharapkan kinerja dapat tetap terjaga di kuartal III-2021. Selain faktor harga komoditas, pihaknya turut mengantisipasi dampak cuaca.
"Cuaca telah menjadi faktor yang mempengaruhi produksi dan pengiriman, tetapi kami mengharapkan beberapa perbaikan di kuartal berikutnya," jelas Dileep.
Lebih lanjut, di tengah situasi pandemi BUMI berupaya mencapai produksi yang mendekati situasi normal dengan tetap memperhatikan kesehatan dan keselamatan para pekerja.
Asal tahu saja, hingga saat ini BUMI belum merilis laporan keuangan untuk periode kuartal I-2021.
Sementara itu, kinerja BUMI kurang menggembirakan pada 2020. Seperti banyak perusahaan lainnya, BUMI juga terdampak Covid-19.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan BUMI di tahun 2020 hanya US$ 3,68 miliar atau turun 21% dari tahun 2019.
Di tengah penurunan pendapatan, BUMI berhasil menekan beban pokok pendapatan menjadi US$ 3,25 miliar atau susut 19% dari tahun sebelumnya. Selain itu, beban usaha BUMI juga turun 9% pada 2020 menjadi US$ 205,3 juta.
Kendati demikian, BUMI menderita rugi bersih sebesar US$ 338 juta pada 2020. Sementara pada 2019, BUMI masih mencatat laba sebesar US$ 6,8 juta.
Baca Juga: Pengamat pajak usulkan PPN 12% untuk barang hasil pertambangan
Berdasarkan keterangan tertulis BUMI, Selasa (18/5), memburuknya kinerja BUMI tak terlepas dari sejumlah hal. Seperti harga penjualan rata-rata batubara yang lebih rendah 14%. Kemudian volume penjualan juga lebih rendah 7%.
"BUMI juga mencatatkan pendapatan operasional sebesar US$ 230,3 juta dan margin usaha sebesar 6,3% (vs 9,1% tahun lalu), berkat pengendalian biaya yang ketat dan menjaga produksi mendekati normal meski dalam kondisi yang menantang ini," seperti dikutip dari rilis BUMI.
Meskipun rugi, tapi BUMI tetap melakukan pembayaran utang pokok dan bunga Tranche A telah dibayarkan hingga April 2021 sebesar US$ 341,7 juta hingga April 2021.
Adapun, total aset BUMI sepanjang tahun 2020 mencapai US$ 56,14 juta atau meningkat 25,73% yoy. Pada tahun 2019 total aset BUMI sebesar US$ 44,65 juta.
Selanjutnya: Harga batubara terus menguat, Adaro Energy tetap konservatif jalankan bisnis di 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News