Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyetujui PT Pertamina (Persero) untuk menjual salah satu asetnya yang tidak berkaitan langsung dengan bisnis perusahaan, salah satunya Patra Jasa, perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, penyewaan ruang kantor dan rumah.
Langkah ini dilakukan untuk menutup laba bersih yang ditargetkan oleh Kementrian BUMN. "Selain itu, juga untuk memperkuat kinerja keuangan perusahaan," kata Menteri BUMN Mustafa Abubakar di Jakarta, Kamis (7/10).
Patra Jasa adalah salah satu anak perusahaan Pertamina yang didirikan pada 17 Juli 1975. Patra Jasa mengoperasikan tujuh hotel berlokasi di Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Bali, Parapat, dan Anyer. Sementara itu, gedung perkantoran yang disewakan adalah Patra Office Tower di Jalan Gatot Subroto, serta ruang perkantoran di Menara Sudirman, Jakarta. Patra Jasa juga menyewakan rumah melalui Patra Residential sebanyak 132 rumah dan kavling berlokasi di Kuningan, Jakarta Selatan.
Untuk mendukung proses divestasi, Pertamina itu, telah menunjuk PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) sebagai pengelola aset Patra Jasa. Sementara target dari penjualan aset itu diharapkan bisa mencapai lebih dari Rp 2,377 triliun.
Namun, Mustafa menegaskan, penjualan aset hanyalah salah satu cara. Menurutnya, masih banyak cara lainnya untuk meningkatkan pendapatan, salah satunya adalah dengan cara menggenjot sektor hulu.
Revisi RKAP 2010
Tahun ini Pertamina ditargetkan mencapai laba sebesar Rp 25 triliun. Namun, pada semester pertama tahun ini, Pertamina hanya mampu meraup laba sebesar Rp 8 triliun.
Perusahaan pelat merah ini dikhawatirkan tidak bisa mencapai target RKAP 2010. Sebab itu, Kementrian BUMN bakal merevisi RKAP Pertamina agar kemerosotan pencapaian laba tidak terlalu signifikan.
Pertamina sudah memberikan laporan kepada Kementrian BUMN dan menyatakan hanya mampu meraup laba pada tahun ini sebesar Rp 13,5 triliun. Namun, Kementrian BUMN menghitung ulang dan berharap laba Pertamina bisa naik menjadi Rp 16,2 triliun. Dus, Pertamina harus mencari segala cara untuk menutup kekurangan ini.
"Saya sedang pelajari akhir berapa targetnya, siapa tahu ada peluang untuk tingkatkannya lagi sedikit lagi karena tempo hari saya minta 20 triliun, Kalau bisa tawar menawarnya saya harapkan lebih tinggi lagi," kata Mustafa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News