kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cerita pelaku UMKM bertahan di tengah gempuran pandemi Covid-19


Jumat, 18 September 2020 / 15:04 WIB
Cerita pelaku UMKM bertahan di tengah gempuran pandemi Covid-19
Produk RofikVegs saat webinar bersama Pusat Investasi Pemerintah dan Jagoan Indonesia.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) tak luput dari dampak adanya pandemi. Adanya aturan jaga jarak yang memaksa masyarakat membatasi kegiatan sosialnya juga berimbas pada usaha para pelaku UMKM terutama usaha mikro.

Salah satu pelaku usaha mikro yang berjuang bertahan di tengah pandemi ialah Rofik Purniawati pemilik Rofikvegs yaitu pemasok dan produsen jamur putih asal Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Pandemi Covid-19 membuat usaha jamur segarnya alami penurunan drastis permintaan dari konsumen. Rofik biasanya memasarkan hasil budidaya jamurnya ke pasar tradisional, rumah makan dan reseller lainnya.

Biasanya saban hari Rofik mampu menjual 20 kilogram jamur tiram putih segar. Namun karena pandemi jumlah tersebut merosot menjadi hanya 5 kilogram saja per hari.

Baca Juga: Ada pinjaman modal bisa tanpa agunan dari BNI, ini syarat dan bunga KUR mikro BNI

"Menurunnya drastis, pasar tradisional, rumah makan kan sepi semua pengunjung sepi dan banyak juga yang masa kayak gini masyarakat alami finansial keguncang karena pandemi ini. Lalu juga yang ambil di saya banyak kan jual di kampus-kampus dan kampus pada libur selama pandemi," cerita Rofik, Jumat (18/9).

Melihat jamur segarnya tak laku, Rofik memutar ide bagaimana memanfaatkan hasil budidayanya agar tak mubazir begitu saja. Ia kemudian mengolah jamur segarnya menjadi beberapa produk di antaranya jamur krispi, ice cream jamur, nugget jamur, hingga pie susu jamur, lumpia jamur dan lainnya.

Untuk harga satu kilogram jamur segar Rofik membandrol Rp 12.000, sedangkan untuk jamur krispi dibanderol Rp 15.000 per bungkus, ice cream jamur Rp 3.000 per cup, pie susu jamur tiram Rp 22.000 per box, nugget jamur Rp 15.000 per bungkus, dan lumpia jamur Rp 25.000 per bungkus.

Kemudian yang menjadi tantangan ialah bagaimana memasarkan produk olahan jamur tiram budidayanya tersebut. Rofik yang memang sebagai debitur UMi di koperasi lingkungannya tertarik mengikuti pendampingan dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan.

"Selama pendampingan sebulan ini banyak manfaatnya, sekarang Alhamdulilah terbantu dengan pendampingan ini saya jualan online. Banyak yang bantu, ada webiste instagram, produk saya dibantu buat pemasaran di digital, dimasukan ke Shopee juga. Dari situ jualan saya bisa laku," jelas Rofik.

Sayangnya Rofik tidak merinci berapa kenaikan penjualan yang sudah ia rasakan usai beralih dari berjualan secara konvensional ke digital.

Baca Juga: Perluas penggunaan, DANA luncurkan fitur pengiriman logistik untuk UMKM

Selain Rofik, peserta yang juga memanfaatkan pelatihan dan pendampingan PIP ialah Yuyun Wahyuni pemilik Nadena Hijab adal Yogyakarta. Yuyun menyebut untuk produk hijab dan pakaian muslim berlabel Nadena bukan produksi langsung darinya, melainkan ia memasok dari produsen lain.

Sama seperti Rofik, Yuyun ialah debitur pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di koperasi lingkungannya. Ia mengikuti pelatihan dan pendampingan usaha dari PIP dan Jagoan Indonesia sejak sebulan lalu.

Lantaran pandemi Yuyun mengakui permintaan akan hijab dan fashion muslim di Nadena mengalami penurunan. Penurunan sangat terasa di hari raya idul fitri yang biasanya jadi saat puncak usaha Yuyun alami peningkatan orderan.

"Hari raya idul fitri biasa masyarakat pakai baju dan mukena baru, tapi karena pandemi semua kan ngga ada yang pergi dan salat ied juga di rumah jadi ada dampak sekali," kata Yuyun.

Usai Lebaran kini Yuyun sudah merasakan adanya peningkatan dari Nadena Hijab, tepatnya saat pemerintah mulai mensosialisasikan adanya adaptasi kebiasaan baru era new normal. Sayang sama seperti Rofik, Yuyun tidak merinci detil kenaikan penjualannya saat ini.

Kini usai pendampingan yang didapatkannya, Yuyun fokus pada penjualan secara online. Jika sebelumnya konsumennya ialah masyarakat sekitar di lingkungannya, melalui pasar digital Yuyun sudah mampu menggaet konsumen hingga Jakarta.

"Nah dengan pemasaran online ini tambah konsumen dari lingkungan luar, sudah kirim ke Jakarta juga, baru mulai kan ini juga baru sebulan. Sekarang jadi ngerti digital marketing, saya ada instagram (IG) tapi ngga rapi, nah di pendampingan dibuatkan feed IG yang lebih menarik, kemudian dibuatkan website, akun Shopee, diajari juga bagaimana penggunaannya," imbuhnya.

Kini Yuyun tak hanya menerapkan startegi offline tapi juga giat gencarkan strategi pemasaran online. Yuyun menggunakan strategi diskon dan give away menggunakan sosial media Instagram Nadena Hijab.

"Online saya palai giveaway atau diskon yang menarik, dibuatkan potongan harga di IG," ungkap Yuyun.

Pelatihan yang menggandeng platform Jagoan Indonesia tersebut, memberikan literasi digital bagi pelaku usaha mikro sebagai salah satu jalan keluar bagi bisnis dari konvensional ke digital yang diharapkan dapat membantu pelaku usaha mikro untuk menjangkau pembeli yang selama ini tidak tergarap.

Baca Juga: Lindungi masyarakat, Kemenkop UKM perjuangkan LPS koperasi masuk RUU Cipta Kerja

Selama pelatihan dan pendampingan selama sebulan bersama PIP dan Jagoan Indonesia, Rofik dan Yuyun mendapatkan banyak masukan mengenai bagaimana memasarkan produknya secara digital.

Adapun kini baik Rofik dan Yuyun mendapatkan manfaat pelatihan pendampingan berupa akun Google Bisnis, webiste bisnis, akun pemasaran di marketplace, desain untuk feed di sosial media, desain kemasan dan tentunya pendampingan setiap hari di WhatsApp grup.

Dias Satria, Founder Jagoan Indonesia menuturkan pihaknya digandeng PIP untuk melakukan upgrading metode pemasaran secara online bagi pengusaha UMi.

Terdapat tiga hal yang mereka kembangkan di antaranya, Social Media Handling, di mana para peserta pelatihan akan didampingi oleh mentor dan tim untuk melakukan penetrasi pemasaran melalui sosial media Instagram dan menawarkan produk mereka di market place.

Baca Juga: Ini beberapa jurus BI untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi

Kemudian, connecting to marketplace, tim mentor akan membantu peserta memfasilitasi dan mengoptimalisasi pembuatan akun marketplace, Google Business, dan Design Packing.

Pembuatan desain kemasan bagi peserta pelatihan agar lebih menarik dan menunjang penampilan produk yang dijual melalui penjualan online.

"Kita dampingi ada 14 UMKM selama 1 bulan nah nanti ada evaluasi juga bagaimana keberlanjutan mereka. Hanya 14 karena agar lebih intensif pendampingannya. Kami juga bantu promosi produk mereka di IG kami Jagoan Indonesia serta mereka masuk dalam data based kami," jelas Dias.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×