kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Co-firing biomassa hutan di PLTU diklaim positif kendalikan perubahan iklim


Jumat, 11 Juni 2021 / 18:21 WIB
Co-firing biomassa hutan di PLTU diklaim positif kendalikan perubahan iklim


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Implementasi penambahan biomassa hutan untuk pencampuran sumber energi (co-firing) pada pembangkitan listrik pada PLTU diklaim bisa berdampak positif pada pengelolaan hutan lestari dan penurunan emisi gas rumah kaca untuk pengendalian perubahan iklim.

Kebijakan pemerintah untuk secara bertahap menuju energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi pendorong implementasi co-firing. Dukungan juga diperlukan agar harga biomassa hutan bisa kompetitif di tingkat produsen dan PLTU.

Menurut Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bambang Hendroyono menyatakan Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan sumber daya hutan sebagai sumber energi baru dan terbarukan (EBT). Untuk itu sejumlah kebijakan telah dibuat yang bertujuan mendorong tumbuhnya hutan energi.

“Dengan Undang-undang Cipta Kerja dan peraturan turunannya ada kemudahan pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) untuk menerapkan multiusaha kehutanan termasuk mengembangkan hutan energi,” kata Bambang yang juga pelaksana tugas Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) KLHK dalam keterangan resmi, Kamis (10/6). 

Baca Juga: Kemenkeu: PMN bagi PLN juga diprioritaskan untuk mendorong EBT

Direktur Usaha Hutan Produksi KLHK Istanto mengungkapkan, saat ini ada 567 izin usaha pemanfaatan hutan dengan luas 30,5 juta hektare. Tidak semua izin tersebut aktif beroperasi.

Istanto menyatakan, kebijakan multiusaha kehutanan bisa menjadi insentif bagi pemegang izin untuk mengoperasikan konsesinya. Mereka bisa menanam berbagai jenis tanaman yang potensial sebagai penghasil energi berbasis biomassa. “Jenis tanaman itu misalnya kaliandra, gamal, akasia, dan lamtoro,” katanya.

KLHK sebenarnya sudah mengalokasikan 142.172 hektare untuk hutan energi yang melibatkan 31 unit hutan tanaman industri (HTI) dan Perum Perhutani.  Menurut Istanto, pengembangan hutan energi bisa semakin dipercepat karena kebijakan Indonesia saat ini adalah beralih ke EBT.

Co-firing biomassa dalam proses pembangkitan listrik di PLTU dapat mengurangi konsumsi batubara dan menurunkan emisi gas rumah kaca,” kata dia.

Ketua umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo optimis,  implementasi co-firing menjadi peluang untuk mendorong pengembangan Hutan Tanaman Energi (HTE). Co firing tidak bisa hanya bersandar pada limbah, tapi harus didukung oleh feedstock berkelanjutan dari HTE. “Kayu dalam bentuk wood chips masih masuk hitungan ekonomis sebagai co-firing, di Jawa,” katanya.




TERBARU

[X]
×