Reporter: Leni Wandira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah resmi membuka keran impor sapi hidup tanpa batas kuota.
Kebijakan ini diumumkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, dengan tujuan menjamin pasokan daging sapi dan susu nasional, sekaligus menstabilkan harga di tingkat konsumen.
Namun, kebijakan tersebut menuai perhatian dari kalangan analis. Peneliti dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Eliza Mardian menilai, kebijakan ini perlu diimbangi dengan strategi perlindungan terhadap peternak lokal agar tidak merugikan sektor peternakan dalam negeri di jangka panjang.
Baca Juga: Pemerintah Bebaskan Kuota Impor Sapi, Harga Daging Masih Stabil
“Tujuan utama kebijakan ini jelas pro-konsumen. Karena sekitar 54% kebutuhan daging sapi nasional masih dipenuhi dari impor, maka pelonggaran impor sapi hidup bisa menjadi langkah taktis untuk menutup defisit pasokan dan menjaga harga tetap stabil,” ujar Eliza kepada Kontan.co.id, Minggu (22/6).
Meski demikian, Eliza memperingatkan bahwa kebijakan ini berisiko menjadi bumerang jika tidak disertai intervensi strategis dari pemerintah.
Tanpa pembatasan kuota, pasar domestik dikhawatirkan dibanjiri sapi impor dari negara dengan efisiensi produksi tinggi seperti Australia dan Brasil.
“Peternak lokal kita mayoritas masih berskala kecil hingga menengah, dengan biaya produksi tinggi akibat harga pakan, keterbatasan infrastruktur, dan minimnya adopsi teknologi. Ini membuat mereka kesulitan bersaing,” jelas Eliza.
Baca Juga: Kementan Beberkan Strategi Seimbangkan Impor Sapi dengan Produksi Nasional
Ia juga menekankan bahwa ketergantungan terhadap impor dapat melemahkan ketahanan pangan nasional.
Jika sewaktu-waktu terjadi gangguan pasokan global akibat krisis geopolitik, wabah penyakit, atau perubahan kebijakan negara eksportir, Indonesia bisa berada dalam posisi rawan.
Tak hanya berdampak pada sektor pangan, Eliza menyebut kebijakan ini juga bisa menimbulkan efek sosial. Peternakan rakyat di pedesaan menjadi tumpuan ekonomi banyak keluarga, dan tekanan dari produk impor bisa mendorong peternak gulung tikar.
“Kalau tidak ada daya tarik untuk beternak, generasi muda pun akan enggan melanjutkan usaha ini. Ini berisiko menghilangkan regenerasi di sektor peternakan,” ujarnya.
Meski begitu, Eliza tidak menampik sisi positif dari kebijakan ini jika dikelola dengan tepat. Penurunan harga daging dan stabilitas pasokan tentu bisa meringankan beban konsumen.
Baca Juga: Ini Alasan Pemerintah Tak Batasi Lagi Kuota Impor Sapi
Namun, ia menegaskan perlunya keseimbangan kebijakan agar tidak mengorbankan peternakan nasional demi kepentingan jangka pendek.
“Pemerintah tidak cukup hanya membuka impor. Harus ada strategi pendampingan seperti subsidi pakan, perbaikan infrastruktur, pelatihan teknologi, serta kemudahan akses pembiayaan untuk peternak,” pungkas Eliza.
Selanjutnya: Seluk Beluk Fasilitas Nuklir Iran yang Dibom AS
Menarik Dibaca: Resep Kue Mangkok Lembut dan Mekar Maksimal Tanpa Tape, Cuma Pakai Bahan Simpel
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News