Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berencana melakukan evaluasi nilai keekonomian proyek Masela akibat harga gas yang tertekan akibat pandemi Covid-19.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan, asumsi awal yang digunakan dalam revisi Plan of Development (PoD) I Blok Masela yakni harga minyak sebesar US$ 65 per barel, LNG sebesar US$ 7,47 per mmbtu dan gas pipa US$ 6 per mmbtu.
Dwi mengamini secara global terjadi penurunan harga energi yang membuat penghitungan ulang perlu dilakukan. Hal ini turut berdampak pada isu keuangan dan perlu segera dituntaskan.
"Mestinya harusnya angka-angka ini memang ada perubahan tetapi tidak terlalu jauh, mudah-mudahan itu semua bisa disepakati kedua belah pihak," terang Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Senin (24/8).
Baca Juga: Soal Pertamina masuk ke Masela, SKK Migas: Silahkan, tapi jangan karena penugasan
Selain mengkaji keekonomian proyek, ada sejumlah tantangan lain yang dihadapi dalam pengembangan Lapangan Abadi Masela, antara lain penyesuaian Health, Safety, Environment (HSE) proyek akibat pandemi Covid-19 dan isu kemitraan.
Dwi mengungkapkan ada sejumlah pengerjaan yang terpaksa tertunda seperti survei baseline AMDAL, mobilisasi personal dan peralatan untuk survei G&G darat dan lepas pantai.
Kemudian, proyek Masela juga dihadapkan pada isu kemitraan. "Shell menghadap Menteri ESDM dan lapor, kemudian kami dapat arahan dan kami kirim surat dua sampai tiga kali menyampaikan bahwa pemerintah merasa kecewa dengan langkah Shell dan kita minta secepatnya sehingga tidak mengganggu proses," ujar Dwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News