Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Sementara, kebutuhan daging sapi pada hari besar dan keagamaan nasional, yaitu Ramadhan dan Lebaran kurang lebih 150 ton. Lalu, untuk kebutuhan penjualan rutin 500 ton, Natal dan Tahun Baru sebanyak 50 ton.
"Mengingat tingginya angka konsumsi DKI Jakarta, maka untuk memenuhi kebutuhan itu, Pemprov DKI membeli daging dari dalam negeri maupun impor,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati menjelaskan sejumlah keunggulan daging beku dibandingkan daging segar.
Pertama, kandungan nutrisi di daging beku dapat terjaga dalam waktu yang lama. Sementara daging segar cepat hilang.
Baca Juga: Pedagang pasar sebut harga pangan masih tinggi pada awal Ramadan
Kedua, daging segar dinilainya cepat membusuk. Adapun daging beku memiliki mutu seragam, sehingga daging berada dalam kondisi baik dan segar dalam jangka waktu yang lama.
Direktur Utama PT Berdikari (Persero) Harry Warganegara mengatakan, konsumsi daging di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data dari kementerian terkait, kata dia, kebutuhan daging pada 2020 mencapai 717.150 ton.
Adapun produksi dalam negeri hanya mencapai 422.533 ton. Harry mengatakan, realisasi impor daging beku pada 2020 mencapai 387.506 ton. Jumlah itu terdiri atas daging kerbau beku sebanyak 81.618 ton dan daging sapi beku sebanyak 189.698 ton.
"Untuk daging kerbau, berdikari mendatangkan 24 ribu ton. Sedangkan daging sapi beku sebanyak 1.825 ton," kata Harry.
Soal kualitas, Harry pun menyebut kualitas daging sapi tidak perlu diragukan. Kehalalannya juga terjamin.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta Suharman Tabrani menjelaskan, kebutuhan daging sapi Indonesia dipasok oleh sapi lokal sebanyak 59 %, sisanya diimpor dalam bentuk daging, sapi hidup, dan daging kerbau.