kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Daging sapi menghilang di Jabodetabek


Sabtu, 17 November 2012 / 08:13 WIB
Daging sapi menghilang di Jabodetabek
ILUSTRASI. Murah, ini harga mobil bekas Suzuki Baleno tahun muda siap jadi hatchback pilihan


Reporter: Sandy Baskoro, Handoyo | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Jangan heran apabila daging sapi tidak tersedia di pasar-pasar di Jabodetabek pada Sabtu (17/11) hari ini hingga Minggu (18/11) besok. Sejak Kamis (15/11) lalu, Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) memutuskan mogok jualan daging sapi.

Sebenarnya, jejak daging sapi mulai menghilang sejak dua hari terakhir. Di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, misalnya, seluruh penjual daging sapi di situ kompak tak jualan sejak Jumat (17/11), kemarin. Sedikitnya 50 lapak daging di Pasar Kebayoran Lama kosong melompong. Di lapak-lapak itu hanya tampak besi gantungan daging.

Pemandangan serupa juga terlihat di Pasar Palmerah, Jakarta Barat. "Sejak Kamis (16/11) kami tidak berjualan," ungkap Herman, pedagang daging di Pasar Palmerah, Jumat (16/11). Menurut dia, aksi mogok 56 pedagang daging sapi di Pasar Palmerah setelah ada instruksi APDI Pusat. Ajakan mogok APDI itu lantaran harga daging karkas melenting tinggi belakangan ini. Saat ini, pedagang membeli daging sapi karkas di Rumah Potong Hewan (RPH) mencapai Rp 68.000 per kg, naik 24% dibandingkan harga di awal tahun yang hanya Rp 55.000.

Dengan harga kulakan setinggi itu, pedagang pun terpaksa menaikkan harga di tingkat konsumen hingga Rp 85.000 per kg-Rp 90.000 per kg. Padahal, harga di awal tahun cuma Rp 70.000 per kg.

Menurut Asnawi, Ketua APDI, pedagang daging se-Jabodetabek sepakat mogok berjualan sejak 15 November hingga 18 November. "Harga tak wajar, padahal tidak ada momen penting yang membuat harga naik," keluh Asnawi.

APDI menuding, salah satu penyebab kenaikan harga daging adalah kebijakan pemerintah yang memangkas kuota impor sapi bakalan secara drastis. Tahun ini, pemerintah hanya mengizinkan impor sapi bakalan 283.000 ekor, menyusut 49,4% dibanding impor 2011, sebanyak 560.000
ekor.

Seharusnya, sesuai siklus harga, paska lebaran harga daging mulai melandai. Asnawi membandingkan, di awal tahun harga daging sapi hidup berkisar Rp 26.000 per kg-Rp 27.000 per kg. Mendekati lebaran, harga naik Rp 30.000 per kg. Seharusnya, harga sekarang kurang dari Rp 30.000 per kg. Namun faktanya, harga justru melenting di kisaran Rp 35.000 per kg hingga Rp 37.000 per kg.

Itulah sebabnya, jika pemerintah tak segera mengkaji kebijakan pangkas impor sapi, harga daging bisa makin tinggi. "Bisa tembus Rp 120.000 per kg," ujar Asnawi.

Mogok penjual daging di Jabodetabek pun rentetan aksi yang sama di berbagai daerah. Pantauan APDI, aksi mogok juga terjadi di Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, berjanji segera mengatasi masalah ini. "Kami berkomunikasi dengan pemegang supply dan demand seperti jagal atau pedagang daging," kata dia.

Menurut Syukur, sudah ada kesepakatan dengan asosiasi peternak di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta, untuk segera melepas sapi-sapi yang sudah siap potong ke pasar. Selain itu, dalam waktu dekat, peternak di Nusa Tenggara Barat juga siap memasok 5.000 ekor sapi ke Jabodetabek.

Syukur mengklaim, sebenarnya stok sapi di feedloter di Jabodetabek masih 130.000 ekor. "Intinya bukan ternak sapi yang berkurang, tapi komunikasi antara peternak produsen dan pembeli lintas sektor yang perlu terus diintensifkan," ujar Syukur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×