Reporter: Ranimay Syarah | Editor: Azis Husaini
JAKARTA. Ide akuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) oleh PT Pertamina dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kini masih belum mencapai final. Dahlan Iskan, Menteri BUMN yang mencanangkan ide itu pertama kali menyatakan kedua perusahaan tersebut memang harus digabungkan demi kepentingan negara dan rakyat Indonesia.
Kata Dahlan, realisasi gas untuk rakyat ini sampai sekarang masih sangat lambat, antara lain karena persaingan yang ketat antara BUMN, yakni PGN dan Pertamina. Masing-masing perusahaan menyatakan paling benar dan memang tidak ada yang salah dengan argumentasi persaingan itu untuk memajukan perusahaan. "Tapi akibat persaingan ini, negara dan rakyat bisa jadi korban. Karena itu penyelarasan dua BUMN menjadi keharusan. Ide akuisisi ini merupakan langkah penyelerasan," kata Dahlan, saat konfrensi pers di Kantor Kementerian BUMN, Kamis (16/01).
Ia menawarkan pelaksanaan akuisisi ini dengan dua pilihan, yakni, akuisisi dengan ada dua tahap, atau satu tahap sekaligus. Pilihan pertama, akuisisi melalui dua tahap, maka tahap pertama PGN bakal beli Pertagas, lalu tahap kedua PGN dibeli Pertamina. Untuk pilihan kedua, hanya melalui satu tahap saja, maka langsung saja Pertamina membeli PGN. "Pilihan tersebut sudah didiskusikan dengan semua eselon Kementerian BUMN, Direksi PGN, dan Direksi Pertamina. PGN itu tidak akan hilang, apalagi hancur. PGN akan tetap berjalan sebagai perusahaan energi besar di Indonesia. "Namun, memang posisinya perusahaan menjadi anak usaha Pertamina," ujar dia.
Tujuan utama Dahlan sebetulnya ingin mengalirkan gas ke rumah-rumah sehingga tidak perlu mengandalkan Elpiji. Selama ini, jaringan pipa gas ke rumah tangga hanya PGN saja yang mau mengerjakan, sedangkan Pertamina enggan mengerjakan dan tetap keukeuh pada produksi Elpiji. "Kalau Elpiji itu kan mahal, bahan bakar diangkut dengan truk kesana kemari, ruwet sekali itu. Kita ini harus lebih modern, air minum, listrik, semuanya disalurkan lewat pipa, kan lebih murah, " kata dia.
Ia telah memikirkan bahwa masa depan Indonesia bukan lagi pada minyak, melainkan gas. Namun, sayangnya realisasi gas untuk rakyat masih sangat lambat. Selama ini kata Dahlan, gas hanya untuk pabrik dan ekspor saja, maka PGN dan Pertamina harus memikirkan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News