Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Separuh pertama tahun ini nampaknya bakal menjadi periode yang menantang bagi PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI). Tantangan terbesar dari hasil panen yang diperkirakan tidak seprima biasanya.
Sekretaris Perusahaan BUDI Alice Yuliana mengatakan, musim kemarau yang terjadi sekitar Juli-November 2019 lalu memengaruhi hasil panen singkong di enam bulan pertama tahun ini. Imbas dari musim kemarau ini sudah terasa di tiga bulan pertama.
Menurut Alice, hasil panen singkong yang terdampak telah berimbas pada turunnya kuantitas penjualan tepung tapioka. Alhasil, pendapatan dari segmen tersebut turun di tiga bulan pertama dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Musim kemarau menekan penjualan Budi Starch & Sweetener (BUDI) di kuartal pertama
Mengintip laporan keuangan interim kuartal pertama tahun 2020, penjualan tepung tapioka tercatat turun 28,16% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 482,03 miliar di kuartal I 2020. Sebelumnya, penjualan segmen tepung tapioka tercatat mencapai Rp 670,99 miliar pada kuartal I tahun lalu.
Alhasil, meski segmen-segmen operasi lainnya mencatatkan kenaikan penjualan, total pendapatan usaha BUDI merosot 18,67% yoy dari semula Rp 836,25 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 680,05 miliar pada kuartal I 2020 lalu.
Menurut perkiraan Alice, pengaruh dari musim kemarau di paruh kedua tahun lalu masih akan terasa di kuartal II tahun ini. Sementara itu, pandemi corona (covid-19) dinilai tidak memberi dampak yang signifikan bagi kinerja penjualan BUDI.
“BUDI merupakan perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi, di mana saat ini perusahaan terutama bergerak dalam pembuatan tepung tapioka dan sweeteners yang merupakan kebutuhan konsumsi,” kata Alice kepada Kontan.co.id pada Jumat (22/5).
Baca Juga: Budi Starch menggenjot produksi di pabrik baru
Menyikapi kondisi yang ada, BUDI bakal terus berupaya untuk menjaga kualitas serta pengiriman produk agar bisa tepat waktu dengan tetap menjaga efisiensi biaya. Dengan cara ini, BUDI berharap bisa membukukan kinerja dengan performa yang tidak turun signifikan bila dibandingkan realisasi kinerja pada semester I tahun lalu.
Sedikit informasi, pendapatan usaha BUDI tercatat sebesar Rp 1,41 triliun pada semester I tahun 2019 lalu. Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk alias laba bersih tercatat sebesar Rp 20,32 miliar di periode yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News