Reporter: Agung Hidayat | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen farmasi dan consumer health, PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) tetap optimis memacu bisnisnya di tahun ini. Apalagi perseroan mengatakan capaian tahun 2018 kemarin terbilang tumbuh positif dibandingkan tahun sebelumnya.
Widya Olivia Tobing, Corporate Secretary Darya-Varia menyebut capaian pertumbuhan bisnis perusahaan masih berada di atas rata-rata pasar farmasi secara umum. Hanya saja manajemen masih enggan membeberkan detilnya lebih lanjut.
Yang terang beberapa produk Darya-Varia masih menjadi market leader di segmen consumer health maupun obat bebas (Over the Counter/OTC). "Seperti Enervon-C dan Nature-E masih pegang market share di kategorinya," terang Widya saat kunjungan media di Kantor Kontan.co.id, Selasa (5/2).
Adapun perjalanan bisnis Darya-Varia selama ini bukan tanpa tantangan. Salah satunya terkait fluktuasi kurs yang menyebabkan kenaikan harga bahan baku, seperti yang diketahui hampir 90% raw material farmasi didapat dari impor yang dibeli dalam kurs dolar AS.
"Tapi kami sebisa mungkin tahan kenaikan harga," kata Widya. Untuk itu perseroan mesti pintar-pintar dalam mengatur pasokan bahan baku.
Manajemen mengungkapkan selama ini pasokan raw material didapat dari China dan India, dimana kontrak pembeliannya berjalan dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, terkait persoalan obat e-catalogue di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) juga dikhawatirkan bakal mendera industri farmasi.
Darya-Varia sendiri tidak terlalu banyak menyuplai kebutuhan tersebut, kebanyakan mengisi obat resep kategori gastro ethical (obat lambung). Meski minor, namun jika ada keterlambatan pembayaran tentunya bakal berefek kepada total raihan penjualan perseroan.
"Untungnya cashflow masih terjaga dengan baik dan managable," ungkap Widya. Mengenai target pertumbuhan di tahun ini manajemen tampaknya belum dapat berbagi detilnya saat ini.
Berkaca pada laporan keuangan kuartal-III 2018 kemarin, penjualan bersih perseroan tumbuh 1,6% year on year (yoy) menjadi Rp 1,23 triliun. Serta beban pokok penjualan naik 8,7% yoy menjadi Rp 561 miliar.
Sehingga laba kotor DVLA tercatat turun 3,3% dari Rp 698 di kuartal-III 2017 menjadi Rp 676 miliar di kuartal-III 2018. Namun kinerja keuangan perseroan terbantu pertumbuhan pendapatan lain-lain yang berasal dari keuntungan kurs, dimana perolehannya sekitar Rp 23 miliar di triwulan ketiga tahun 2018 atau naik lebih dari 2 kali lipat dibandingkan triwulan ketiga tahun 2017, yang tercatat hanya Rp 7,6 miliar.
Tampaknya keuntungan kurs diperoleh berkat peran segmen penjualan ekspor DVLA yang juga punya kontribusi signifikan bagi kinerja keuangan. Alhasil, DVLA masih dapat mencetak laba bersih Rp 164 miliar di kuartal-III 2018 atau tumbuh 5,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 155 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News