kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Daya Beli Masyarakat Lemah, Pengusaha Kafe dan Resto Hadapi Penurunan Pendapatan 30%


Selasa, 15 April 2025 / 20:42 WIB
Daya Beli Masyarakat Lemah, Pengusaha Kafe dan Resto Hadapi Penurunan Pendapatan 30%
ILUSTRASI. Pelemahan daya beli masyarakat mulai dirasakan oleh berbagai sektor usaha. Tak terkecuali bisnis kafe dan restoran


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pelemahan daya beli masyarakat mulai dirasakan oleh berbagai sektor usaha. Tak terkecuali bisnis kafe dan restoran, yang kini menghadapi penurunan pendapatan akibat berkurangnya konsumsi masyarakat

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo), Eddy Sutanto, mengatakan, rata-rata pelaku usaha resto dan kafe mengalami penurunan pendapatan hingga 30%.

“Turun 30% rata-rata. Totalnya tidak tahu, tapi terasa karena tidak ada daya beli. Daya belinya lemah banget kan, deflasi, tidak ada orang beli,” terangnya kepada Kontan, Selasa (15/4).

Ia mengatakan jika faktor utama penurunan pendapatan tersebut ialah karena daya beli masyarakat Indonesia yang melemah. Bahkan ketika Ramadan-Lebaran 2025, pendapatan hanya mendongkrak sampai 10% saja. Padahal tahun-tahun sebelumnya, bisa sampai 50%

Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Kelompok Bawah Tergerus, Kelompok Menengah Tahan Belanja

“Ketika Ramadan hanya mendongkrak 10%. Biasanya kalau Lebaran, sebelum covid itu besar, tapi gak bisa balik lah. Sebelum Covid itu pendapatan Lebaran bisa mendongkrak 30-50%, tergantung restorannya,” keluhnya.

Di balik kondisi perekonomian yang dinilainya sulit ini, Ia menjelaskan jika saat ini para pelaku usaha kafe dan resto hanya berusaha untuk bertahan. Hal ini karena margin keuntungan yang didapatkan mereka kian menipis.

“Bahan baku, harga juga naik. Nah ini, pembeli turun bahan malah naik. Tapi harga makanan resto tidak ada naik, nanti tidak ada yang beli kan, yang ada pada komplain. Penurunan margin keuntungan sudah pasti, bahkan ada yang negatif,” katanya.

Baca Juga: Keyakinan Konsumen Turun Tajam, Cermin Daya Beli Melemah dan Susutnya Kelas Menengah

Lebih lanjut, saat ini Eddy mengatakan jika langkah yang paling memungkinkan untuk memperbaiki situasi bisnis kafe dan resto ialah dengan melakukan efisiensi. Efisiensi yang dilakukan ialah dengan lebih memaksimalkan sumber daya yang ada dan mendongkrak produktivitas.

Terakhir, Ia berharap jika kondisi ekonomi di Indonesia bisa kian membaik, sehingga memperbaiki daya belanja masyarakat di bisnis kafe dan resto, khususnya di periode festive seperti Lebaran-Ramadan.

Selanjutnya: Peta Persaingan Emiten Big Caps Bergeser, Cermati Saham-Saham Pilihan Analis

Menarik Dibaca: Rawat Mata Tetap Sehat, JEC Hadirkan One-Stop Service untuk Kesehatan Mata Anak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×