kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Demi menanti minyak murah, kilang menganggur


Sabtu, 12 Maret 2016 / 18:15 WIB
Demi menanti minyak murah, kilang menganggur


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus, Juwita Aldiani | Editor: Sanny Cicilia

BOJONEGORO. Anak usaha PT Saratoga Investama Sedaya Tbk yang mengoperasikan kilang mini yakni PT Tri Wahana Universal (TWU), mengklaim berpotensi kehilangan pendapatan U$ 480.000 per hari.

Kehilangan pendapatan akibat pasokan dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, terhenti sejak 20 Januari 2016. Kerugian ini setara dengan Rp 6 miliar per hari, jika harga minyak US$ 30 per barel.

Sementara, hingga saat ini pemerintah belum bisa memberikan kepastian kapan pasokan minyak mentah ke kilang ini akan masuk.

Saat berkunjung ke kilang yang berlokasi di Bojonegoro Jawa Timur, Kamis (10/3), Direktur Utama TWU Rudy Tavinos menjelaskan, kilang mini ini sudah beroperasi sejak 2010.

Selama ini pasokan minyak mentah TWU berasal dari fasilitas Early Oil Expansion (EOE) dan Early Production Facility (EPF) Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu sebanyak 16.000 barel per hari (bph) dengan formula harga mulut sumur.

Padahal kapasitas full di kilang mini sebesar 18.000 bph. Kilang ini menghasilkan beberapa produk seperti High Speed Diesel (HSD) atau Solar, Low Sulphur Waxy Residue (LSWR) dan nafta.

Rudy menyebut, hingga Februari 2016 TWU masih menjual HSD atau solar sebanyak 28.373 kiloliter (KL), LSWR 27.185 KL, dan nafta atau Steam-Gas Recirculation (SRG) 1.380 KL. Stok minyak mentah yang akan mereka produksi akan berakhir pada Maret 2016 ini.

Menurut Rudy kontrak jual beli minyak mentah mereka lakukan dengan Mobil Cepu Limited (MCL) dan baru akan berakhir 2019. Kini TWU menunggu kebijakan pemerintah agar bisa mendapat pasokan minyak mentah ini.

Sebelumnya Direktur Jenderal Migas IGN Wiratmaja Puja menyebut pemerintah tengah menyiapkan kebijakan agar kilang yang lokasinya berdekatan dengan lapangan minyak bisa mendapatkan harga murah.

Sementara itu, menurut Kepala Sub Bagian Humas SKK Migas Elan Biantoro, kontrak jual-beli minyak antara TWU dengan MCL sudah berakhir, dan kini TWU memiliki kontrak dengan Pertamina EP Cepu. "Lima tahun dengan MCL, lima tahun dengan PEP Cepu," kata Elan, (11/3).

Maka dari itu, pasokan minyak yang sedianya untuk TWU, kini ditampung di Kapal Floating Storage and Offloading (FSO) Gagak Rimang. "Akan diambil Pertamina 18.000 bph," ungkap dia.

Soal latar belakang penghentian pasokan minyak mentah itu Elan menyebut TWU membeli dengan harga lebih murah lantaran dari kepala sumur, sehingga MCL memberikan harga sumur kepada TWU. "TWU itu hanya 6 kilometer dari lapangan Banyu Urip," katanya ke KONTAN. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×