kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   10.000   0,66%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Usulan 8 Langkah Strategis untuk Industri Sawit


Jumat, 20 Desember 2024 / 16:57 WIB
Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Usulan 8 Langkah Strategis untuk Industri Sawit
Ketua Umum DMSI, Sahat Sinaga, dalam orasi ilmiahnya bertema “Inovasi Riset dan Terapan Sains Matematika untuk Mendukung Industri Sawit Bernilai Tambah dan Berkelanjutan” pada acara Dies Natalis ke-64 FMIPA Universitas Indonesia (UI), di Depok, Kamis, 19 Desember 2024


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menyatakan dukungan terhadap langkah pemerintahan Prabowo Subianto untuk memperkuat peranan komoditas sawit di dalam negeri. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, DMSI mengusulkan sejumlah langkah strategis yang diharapkan dapat menjadi solusi. 

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum DMSI, Sahat Sinaga, dalam orasi ilmiahnya bertema “Inovasi Riset dan Terapan Sains Matematika untuk Mendukung Industri Sawit Bernilai Tambah dan Berkelanjutan” pada acara Dies Natalis ke-64 FMIPA Universitas Indonesia (UI), di Depok, Kamis, 19 Desember 2024 seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Baca Juga: Daftar Taipan Pendukung Kebijakan B40: Sinarmas, Wilmar, Permata Hijau, Damex Agro

Sahat menegaskan pentingnya sawit bagi Indonesia, sambil mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penurunan produksi sawit pada tahun 2024 sebesar 4% dibandingkan tahun 2023. 

Ia mengaitkan hal ini dengan sikap terlena para pelaku industri yang cenderung nyaman dengan keuntungan yang diperoleh tanpa berupaya meningkatkan produktivitas. 

Ia juga menyoroti dampak serius dari penyakit yang menyerang tanaman sawit, yang dapat menurunkan produksi hingga 40% jika tidak segera ditangani.

Rendahnya produktivitas sawit, menurut Sahat, dapat menghambat rencana Prabowo untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen utama bahan bakar hijau (green fuel). 

Dengan pengelolaan yang tepat, luas lahan sawit yang ada saat ini dapat mendukung produksi green fuel secara signifikan, tanpa perlu ekspansi yang berujung pada deforestasi.

Baca Juga: Indonesia, Malaysia, Uni Eropa Susun Panduan Praktis Aturan EUDR untuk Petani Kecil

“Kalau luas sawit ini kita properly manage dengan luas tidak ada deforestation ya hanya membatasi dengan 16,38 juta hektare, sekarang 50 juta hektare kita bisa mencapai 100 juta ton,” kata Sahat. 

Dalam kesempatan itu, Sahat mengusulkan delapan langkah strategis yang dapat mendukung pengelolaan sawit secara optimal. 

Langkah pertama adalah pembentukan Badan Otorita Sawit yang langsung berada di bawah kendali Presiden untuk memastikan penyelesaian masalah sawit secara menyeluruh. 

Kedua, inovasi teknologi pengolahan sawit, seperti penggunaan teknologi Degummed Palm Mesocarp Oil (DPMO) untuk menghasilkan minyak sawit dengan nutrisi tinggi dan emisi karbon rendah.

Ketiga, pengembangan teknologi reesterifikasi dalam proses pengolahan RBD Olein, yang memungkinkan minyak sawit mempertahankan kandungan gizinya. Minyak ini, yang disebut RPMO Olein, dapat digunakan untuk mengatasi stunting dan kekurangan vitamin. 

Baca Juga: SPKS Minta Pemerintah Tak Hambat Industri Sawit Masuk Pasar Eropa

Keempat, pembentukan tim "Dokter Kesehatan Kebun Sawit Rakyat" untuk melindungi kebun rakyat dari hama dan penyakit, sehingga produktivitas dapat meningkat secara signifikan dengan bantuan teknologi satelit mikro dari China.

Langkah kelima adalah pengelolaan transaksi minyak sawit melalui bursa komoditas sawit untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas data perdagangan. 

Keenam, Kementerian Perdagangan perlu diberi wewenang menetapkan harga sawit di pasar global berdasarkan acuan bursa komoditas. 

Ketujuh, dalam program mandatori biodiesel, Sahat menyarankan penggunaan Hydrogenated Vegetable Oil (HVO) berbasis sawit yang memiliki emisi karbon rendah, kecuali jika harga minyak mentah fosil berada di bawah USD 63 per barel.

Langkah kedelapan adalah kebijakan tegas pemerintah untuk menghapus insentif bagi energi hijau berbasis minyak fosil dan menggantinya dengan pajak tinggi. Pertamina juga didorong untuk meningkatkan teknologi kilang agar mampu memproduksi solar dengan kandungan sulfur rendah.

Baca Juga: Permintaan dan Tantangan Masa Depan Minyak Nabati Global Jadi Perhatian CPOPC

Sahat menekankan pentingnya peran FMIPA UI dalam mendukung industri sawit melalui penelitian dan pengembangan teknologi. 

Bidang biologi, geofisika, matematika, dan fisika dapat berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan tanaman, desain teknik berbasis kecerdasan buatan, serta digitalisasi dengan bantuan satelit mikro. 

Sementara itu, jurusan kimia diharapkan dapat mengembangkan proses ramah lingkungan seperti PaMER beremisi karbon rendah dan teknologi enzimatik untuk mendukung keberlanjutan industri sawit.

Selanjutnya: Benih Bersertifikat dan Peremajaan Lahan Sawit Kunci Keberhasilan Petani Sawit

Menarik Dibaca: Benih Bersertifikat dan Peremajaan Lahan Sawit Kunci Keberhasilan Petani Sawit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×