kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dirjen Ketenagalistrikan Rida Mulyana sebut tingkat rasio elektrifikasi lamban


Senin, 08 Juli 2019 / 16:21 WIB
Dirjen Ketenagalistrikan Rida Mulyana sebut tingkat rasio elektrifikasi lamban


Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengupayakan target Ratio Elektrifikasi 99,9% pada akhir 2019 dengan melibatkan sejumlah Badan Usaha (BU) dari berbagai sektor.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana bilang tingkat RE pada Juni 2019 sebesar 98,81%. Angka ini bergerak lamban sebab RE pada Desember 2018 tercatat sebesar 98,30%. "Kenapa sangat lamban? Karena kemampuan PLN untuk melistriki tidak sebanding dengan pembangunan rumah baru," ujar Rida, Senin (8/7).

Lebih lanjut Rida menyebut RE Juni sebesar 98,81% terdiri dari PLN sebesar 9,97%, Non-PLN 3,47% dan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) 0,37%.

Demi mengejar target di akhir tahun Kementerian ESDM melibatkan sejumlah BU untuk menyasar golongan Rumah Tangga tidak mampu. "Ada 21 BU Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan 10 BU Sektor ESDM," jelas Rida.

Sejumlah BU ini ditargetkan berkontribusi untuk Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) bagi 50.223 RT tidak mampu. Adapun total RT yang BPBL-nya diharapkan bersumber dari BU sebesar 639.610 RT.

Rida mengungkapkan jumlah BU dan tanggungan tiap BU masih bisa bertambah ke depannya. "Jika dilihat, jumlah KKKS banyak tapi jumlah RT yang disasar cuma 6.258, jadi kemungkinan bakal bertambah," ungkap Rida.

Lebih jauh Rida menyebut Kementerian ESDM juga berupaya menggandeng Badan Usaha dari sektor mineral dan batubara.

Bantuan pasang baru listrik ini berupa instalasi listrik sederhana dengan 2 titik lampu dan 1 kotak-kontak, termasuk biaya penyambungan, biaya instalasi, serta biaya penerbitan Sertifikat Laik Operasi (SLO) dan Voucher Perdana (Rp 10.000,-).

Sementara itu, Pelaksanaannya dilakukan dengan mekanisme sistem Layanan Satu Pintu Plus (LSP+) yang dikembangkan oleh PT Indonesia Comnets Plus yang merupakan anak usaha dari PLN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×