Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) memastikan restrukturisasi di jajaran manajemen, termasuk penambahan subholding baru merupakan rencana yang sudah dipikirkan matang sejak jauh-jauh hari.
Sebagai informasi, melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) beberapa hari lalu, Pertamina melakukan transformasi dengan menambah sejumlah subholding baru.
Baca Juga: Pertamina angkat Fadli Rahman berusia 33 tahun jadi Komisaris Subholding Hulu
Kini, terdapat lima subholding yang telah dibentuk, antara lain Upstream Subholding yang operasionalnya dipegang oleh PT Pertamina Hulu Energi, Gas Subholding (PT Perusahaan Gas Negara Tbk), Refinery & Petrochemical Subholding (PT Kilang Pertamina Internasional), Power & NRE Subholding (PT Pertamina Power Indonesia), dan Commercial & Trading Subholding (PT Patra Niaga).
Pertamina juga memiliki Shipping Company yang operasionalnya diserahkan kepada PT Pertamina International Shipping.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyatakan, penambahan subholding di tubuh Pertamina bukan rencana yang datang secara tiba-tiba. Ia menyebut, sejak akhir 2016 lalu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah menyusun program restrukturisasi BUMN yang hasilnya diserahkan ke Komisi VI DPR RI.
Pemerintah pun menyusun suatu buku putih untuk holding migas. Kemudian, di tahun 2018 silam terbentuklah Subholding Gas yang menyatukan Pertamina, PGN, dan Pertagas. Akhirnya, di pertengahan tahun ini tambahan subholding lainnya berhasil dibentuk oleh Pertamina.
Baca Juga: Ini ikhtiar Pertamina kembangkan bahan bakar dari sumber energi terbarukan
“Jadi ini semacam cerita bersambung. Keberadaan pandemi Covid-19 hanya untuk mempercepat langkah saja,” ungkap Nicke dalam diskusi virtual, Senin (15/6).
Ia menambahkan, pembentukan beberapa subholding juga merupakan usaha Pertamina untuk menjawab tantangan bisnis energi fosil yang mulai berubah seiring keberadaan energi terbarukan. Bahkan, kemunculan pandemi juga bisa mempercepat proses transisi energi fosil menuju energi terbarukan.
Nicke juga melihat, lini-lini bisnis Pertamina tampak sudah profitable dan tumbuh dewasa. Oleh karena itu, pembentukan subholding diharapkan dapat membuat lini bisnis Pertamina yang ada semakin kuat dan lebih mandiri.
Baca Juga: Praktisi: Perlu ada stimulus untuk tingkatkan aktivitas KKKS dan menggerakkan ekonomi
Tak hanya itu, pembentukan sejumlah subholding juga merupakan upaya Pertamina bersaing secara global. Apalagi, pemerintah pernah menargetkan Pertamina untuk menjadi perusahaan migas global terdepan dengan nilai pasar lebih dari US$ 100 miliar.
“Untuk menuju ke sana, Pertamina membutuhkan cara yang telah diterapkan perusahaan global lainnya. Tidak bisa hanya mengandalkan cara-cara konvensional,” pungkas Nicke.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News