Reporter: Leni Wandira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia masih didominasi oleh pemain lokal, meski pangsa kepemilikan asing cukup signifikan di segmen industri besar-menengah.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengungkapkan bahwa dari sisi pemain besar-menengah, kepemilikan asing hanya mencapai sekitar 35%. Jika dihitung secara keseluruhan dengan memasukkan sektor Industri Kecil dan Menengah (IKM), pangsa asing turun menjadi 20%.
"Sektor TPT masih sangat didominasi pemain lokal. Dari sisi pemain industri besar menengah, pangsa kepemilikan asing hanya sekitar 35%. Dari sisi output total produksi dengan memasukkan output IKM, pangsa kepemilikan asing hanya 20%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (27/10).
Baca Juga: PHK Marak, Pengamat Unair Ungkap Akar Masalahnya pada Kebijakan Impor Tekstil
Di sisi lain, tekanan rantai pasok global, khususnya dari China, semakin memengaruhi ekosistem industri TPT di Indonesia. Menurut Redma, dominasi China dalam rantai pasok global mendorong merek-merek internasional untuk mewajibkan penggunaan bahan baku dari China, Korea, atau Taiwan dalam produksi TPT.
Kebijakan itu, kata dia, menyebabkan integrasi industri dalam negeri mengalami penurunan, di mana para produsen kain lokal yang sebelumnya memasok kebutuhan industri garmen kini beralih menjadi importir dan pedagang.
Redma menambahkan, “Integrasi industri kita sebenarnya rusak akibat kebijakan pemerintah yang gencar memberikan fasilitas impor atas nama global value chain. Akibatnya, industri lokal mengalami deindustrialisasi yang menggerus para produsen kain," tambahnya.
Meskipun global brand bersaing dengan target penguasaan pasar, Redma menekankan bahwa masalah utama justru ada dalam negeri. Selama 15 tahun terakhir, banyak pengambil kebijakan yang termakan isu liberalisasi perdagangan. Sebagai hasilnya, pembukaan impor secara masif menggerus daya saing industri lokal.
Baca Juga: APSYFI: China Tak Jadikan Indonesia Sebagai Hub, Tapi Sebagai Pasar Barang Murah
Redma juga menyoroti adanya dugaan praktik kongkalikong antara oknum pejabat, importir, pengusaha logistik, dan petugas bea cukai, yang memfasilitasi masuknya barang impor secara ilegal dari China.
Menurutnya, Industri TPT di Indonesia menghadapi tantangan besar dari kebijakan impor dan persaingan global. Dengan pengawasan ketat dan reformasi kebijakan, sektor TPT yang didominasi pemain lokal masih memiliki peluang untuk memperkuat daya saingnya dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Indonesia.
"Praktik ini tidak hanya merugikan industri lokal, tetapi juga menghambat investasi baru, baik dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA)," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News