Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .
Persiapan tersebut seperti memastikan pasokan bahan baku, persiapan dari sisi kilang, persiapan logistik seperti storage dan fasilitas distribusi serta sektor hilir yakni untuk mempersiapkan masyarakat sebagai konsumen BBN berbasis sawit.
"Dana bisa dicari dari berbagai sumber, tetapi penetapan kebijakan yang tepat serta kerja sama dan koordinasi antar berbagai pemangku kepentingan justru merupakan kunci utama," ujar Dono dalam keterangan tertulis, Minggu (2/2).
Sementara itu, Katalis bio-hydrocarbon yang dikembangkan oleh ITB dan Pertamina serta didukung BPDPKS pun akan memasuki tahap komersialisasi pada salah satu kilang milik Pertamina.
Lebih lanjut Dono memperhitungkan untuk megembangkan program bahan bakar nabati berbasis sawit termasuk biodiesel dan green fuel pada 2025 akan membutuhkan 24,44 juta ton. Menurut Dono, angka tersebut hanya setengah dari proyeksi produksi CPO di 2025 yang sekitar 55,28 juta ton.
Baca Juga: Replanting dinilai bisa jadi cara menggenjot produksi kopi Indonesia
Luas lahan petani swadaya yang diprioritaskan untuk BBN berbahan sawit pada 2025 pun akan mencapai 3,16 juta hektare sementara luas lahan petani swadaya seluas 5,8 juta ha.
Menurt Dono, adanya program peremajaan sawit rakyat yang tengah berlangsung diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sehingga mendukung penyediaan bahan baku untuk program biodiesel dan green fuel.