Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anggota Komisi VI DPR RI, Abdul Wachid mengkritik keputusan Kementerian Perdagangan yang membuka keran impor gula mentah untuk konsumsi rumah tangga tanpa mempertimbangkan panen raya gula yang akan tiba dalam waktu dekat. Menurutnya, dengan impor babak ini bisa menyebabkan minat petani tebu berusaha menjadi semakin tergerus.
"Kenapa gampang sekali membuka impor target hingga 2019? Itu tidak benar, seharusnya baru buat agenda impor setelah mengetahui hasil panen raya kita," jelas Abdul, ketika dihubungi KONTAN, Selasa (22/5).
Dia menjelaskan kemampuan produksi gula nasional tahun berada di kisaran 2,1 juta ton. Dengan impor tersebut, maka akan ada total 3,2 juta ton gula. Padahal kebutuhan nasional sebanyak 2,9 juta ton, sehingga bakal menyebabkan kelebihan sebanyak 300.000 ton yang bisa menekan harga dan menggerus nasib petani tebu.
Tak hanya itu, anggota Komisi yang mengurus soal industri, investasi dan persaingan usaha ini juga mengkritik, ketimbang membuka impor pemerintah seharusnya menyelidiki rembesan gula industri impor yang banyak jatuh di pasar dan supermarket. Menurutnya, terdapat banyak laporan di mana gula-gula yang dijual di pasar dan supermarket memiliki ciri khas gula rafinasi dengan kristal putih kecil.
"Sekarang awal panen, jadi petani semakin ketakutan dengan nasib mereka," paparnya. Ia menjelaskan sekarang harga gula di lelang pertama berkisar di Rp 9.000 - Rp 9.700, bahkan sempat menyentuh Rp 9.700. Padahal bila diperhitungkan, biaya produksi gula adalah Rp 11.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News