Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri gula semut atau gula merah bubuk diminati pasar internasional. Terbukti, permintaan ekspor gula semut yang terus meningkat, di mana tahun 2014 tercatat senilai US$ 34.700 naik 27% menjadi US$ 48.000 pada 2017 .
Pada acara Pelepasan Ekspor Gula Semut di Purworejo, Jawa Tengah, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan ekspor gula semut ini memiliki potensi yang bagus untuk mendorong perekonomian. “Terlebih lagi, seperti di Purworejo ini memiliki sumber bahan baku yang cukup banyak berupa pohon kelapa atau pohon aren,” kata Airlangga, dalam keterangan pers, Selasa (8/5).
Kementerian Perindustrian mencatat, Kabupaten Purworejo merupakan salah satu daerah pelopor untuk penghasil gula semut di Jawa Tengah. Pengelolaannya dilakukan oleh Koperasi Wanita Srikandi dengan perkiraan produksi sebanyak 75 ton per bulan.
“Meski pengolahannya masih banyak dilakukan secara konvensional, namun produk gula semut telah berhasil menembus pasar ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Eropa, Srilanka, Australia dan Jepang,” ungkap Menperin. Permintaan ekspor ini tidak terlepas dari usaha para produsen gula semut di dalam negeri untuk semakin meningkatkan produktivitas dan menjaga kualitas produknya.
“Gula semut ini juga dibutuhkan banyak di Indonesia, terutama untuk bahan baku pembuatan kecap manis. Jadi, selama masih ada gado-gado atau sate, gula semut pasti terus dibutuhkan,” tutur Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News