kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.496.000   5.000   0,34%
  • USD/IDR 15.500   15,00   0,10%
  • IDX 7.735   86,10   1,13%
  • KOMPAS100 1.202   10,90   0,91%
  • LQ45 959   9,37   0,99%
  • ISSI 233   1,70   0,73%
  • IDX30 492   5,97   1,23%
  • IDXHIDIV20 591   7,28   1,25%
  • IDX80 137   1,31   0,97%
  • IDXV30 143   0,56   0,39%
  • IDXQ30 164   1,93   1,19%

Dua pukulan pahit Kalbe Farma


Kamis, 05 Maret 2015 / 08:17 WIB
Dua pukulan pahit Kalbe Farma
ILUSTRASI. Drama Korea Doctor Cha dan beberapa rekomendasi drakor lainnya yang memiliki tema tentang perselingkuhan.


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Produsen farmasi, PT Kalbe Farma Tbk (KBLF) harus menghadapi pukulan berat di awal tahun ini.

Pertama adalah gejolak dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.  Fluktuasi nilai tukar rupiah ini menyebabkan nilai impor bahan baku obat-obatan ikut  melonjak. Sebab, 90% bahan baku farmasi masih harus diimpor. 

Makanya, emiten farmasi dengan kode saham KLBF ini mengaku terus memonitor pergerakan rupiah. "Perlu monitor dulu apakah kurs rupiah saat ini akan terus melemah , atau akan stop, paling tidak bulan Maret ini akan kami monitor," kata Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma Vidjongtius kepada KONTAN, Rabu (4/3).

Sejumlah langkah bahkan sudah disiapkan. Vidjongtius sebelumnya pernah mengungkapkan, Kalbe memiliki tiga siasat dalam menghadapi fluktuasi kurs. Pertama, meningkatkan supply chain yang lebih baik. Kedua, adanya kombinasi produk. Ketiga, cash manajemen yang memadai. Ketiga hal itu dapat membantu perseroan menekan beban biaya apabila terjadi pelemahan rupiah lagi.

Sebagai gambaran dalam laporan keuangan per September 2014 lalu, KLBF membukukan keuntungan dari selisih kurs sebesar Rp 7,28 miliar, setelah periode yang sama tahun lalu rugi kurs sekitar Rp 37,5 miliar.

Kedua adalah efek penarikan produk anastesi dengan merek Buvanest Spinal dan Asam Tranexamat Generik yang memakan korban jiwa.   

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang peredaran produk tersebut. Padahal, produk Buvanest telah didistribusikan di 60 cabang KLBF yang tersebar di seluruh Indonesia. Penarikannya produk ini dari pasar diproyeksi akan menciutkan bisnis KLBF.

Rencana belanja modal

Tak hanya itu, BPOM juga  menghentikan sementara kegiatan produksi larutan injeksi volume kecil ini. Sayangnya, Vidjongtius enggan memerinci dampak kasus ini terhadap penjualan obat-obatan Kalbe Farma.

Terlepas dari dua pukulan di awal tahun ini, KLBF mengklaim bisnisnya tetap jalan normal. Bahkan, tahun ini, Kalbe telah menyiapkan belanja bahan baku senilai Rp 6 triliun sampai Rp 7 triliun. Angka ini lebih besar ketimbang tahun lalu yang diperkirakan realisasi belanja bahan baku impor mencapai Rp 5 triliun-Rp 6 triliun. 

Pertumbuhan belanja bahan baku impor ini di antaranya, untuk memperkuat penjualan produk kesehatan (consumer health), produk farmasi resep, juga produk obat unbranded generik. Manajemen  perusahaan ini berharap, ketiga produknya ini bisa bertumbuh double digit tahun ini.

Khusus untuk produk generik, Vidjongtius optimistis penjualan akan bertumbuh. Pada 2014, penjualan produk unbranded generik KLBF naik 25%. "Ini mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)," katanya. 

Sepanjang tahun 2014, KLBF membukukan pendapatan senilai Rp 17,36 triliun, atau  tumbuh 8,5% dibanding pendapatan 2013 senilai Rp 16 triliun. Meski masih positif, pertumbuhan pendapatan KLBF tahun lalu terbilang melambat. 

Tahun 2013, KLBF mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 17,38%. Pertumbuhan penjualan lebih rendah karena pertumbuhan produk farmasi dan distribusi melambat di 2014.

Meski begitu, manajemen KLBF yakin, kinerja tahun ini dapat membaik dibandingkan tahun lalu. Sepanjang tahun ini, KLBF membidik pertumbuhan penjualan 10%-15%. 

Ini artinya, perusahaan ini menargetkan pendapatan sekitar Rp 19,09 triliun hingga Rp 19,96 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×