Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai penugasan pengelolaan blok migas bagi Pertamina bukanlah sebuah beban.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menilai, dibandingkan hilir, lini hulu migas Pertamina berkontribusi lebih besar. "Pada masa saya (di Pertamina) porsi laba yang bersumber dari hulu mencapai 70% - 80%," ungkap Dwi di Kementerian ESDM, Senin (14/10).
Baca Juga: Kontraktor Migas Mulai Ajukan Perpanjangan Kontrak premium
Sementara itu, Dwi menjelaskan porsi pendapatan yang diperoleh lewat bisnis hilir sejatinya tergolong besar yakni mencapai 70%. Namun, kontribusi sektor hilir terhadap laba Pertamina hanya berkisar 10% hingga 20%.
Untuk itu, Dwi beranggapan penugasan alih kelola blok terminasi kepada Pertamina jangan dilihat sebagai sebuah beban. Upaya pemerintah dalam memberi penugasan kepada Pertamina menurutnya merupakan langkah dalam memperkuat Pertamina.
Kendati pengelolaan hulu membutuhkan biaya yang tinggi, Dwi mengungkapkan, pengeluaran tersebut sebanding dengan hasil yang akan diperoleh. "Investasi yang lebih tinggi tidak menjadi masalah, justru memberi penghasilan yang lebih tinggi, lebih besar," jelas Dwi.
Ia mengharapkan, Pertamina melalui strategi perusahaan mampu dalam melakukan pengelolaan tersebut. Lebih jauh Dwi bilang, perlu investasi yang agresif dari Pertamina demi meningkatkan produksi pada sejumlah Blok terminasi yang kini dikelola Pertamina.
Baca Juga: Terkendala administrasi, Blok West Ganal batal ditandatangani
Disisi lain, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengungkapkan, upaya hilirisasi sektor energi kurang bergairah. "Tantangannya bukan cuma pada regulasi tapi kultur dalam kegiatan migas," terang Jonan di Jakarta, Senin (14/10).
Menurutnya, perlu ada penyesuaian kegiatan industri migas yang mengikuti perkembangan zaman. Ia mengharapkan sektor migas dalam negeri untuk lebih kompetitif.
Jonan menambahkan, salah satu bentuk penyesuaian yakni melalui pengembangan petrokimia. Ia menilai, masa depan sektor migas ada pada pengembangan petrokimia.
Jonan bahkan menyoroti langkah Pertamina dalam pengembangan petrokimia. "Itu orang-orang Pertamina sekolahnya apa? kok tidak bangun petrokimia," ujar Jonan.
Kontan.co.id mencatat, Hingga Kuartal III ini, PT Pertamina (Persero) telah menyerap 80% anggaran investasi dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang pada tahun ini dialokasikan sebesar US$ 4,2 miliar. Artinya, realisasi investasi Pertamina hingga September telah mencapai US$ 3,36 miliar.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Heru Setiawan. "Saat ini sekitar 80% dari total rencana, diharapkan akhir tahun bisa terkejar," kata Heru saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (1/10).
Baca Juga: Adopsi gross split, kontrak WK Selat Panjang diteken
Heru mengatakan, realisasi investasi yang sudah mencapai 80% itu lantaran sejumlah proyek hulu migas Pertamina masih berjalan sesuai rencana. Asal tahu saja, anggaran investasi di sektor hulu Pertamina memang lebih dominan, yakni mencapai 60% atau sekitar US$ 2,6 miliar.
Investasi di sektor hulu migas itu terutama ditujukan untuk kegiatan-kegiatan eksplorasi dan perbaikan fasilitas. "Yang (investasi) hulu oke. Kegiatan eksplorasi dan perbaikan fasilitas masih oke lah," imbuh Heru.
Adapun, proyek hulu migas berskala besar yang akan digarap pada akhir tahun ini adalah proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) dan pengeboran di Wilayah Kerja Mahakam. "Antara lain JTB dan pengeboran di Mahakam, yang banyak (menyerap investasi) sih itu," tambah Heru.
Sedangkan secara konsolidasi, Pertamina menargetkan bisa merealisasikan 98 proyek hulu migas. Proyek-proyek tersebut dilaksanakan oleh anak usaha di sektor hulu migas Pertamina yang beroperasi di Indonesia.
Baca Juga: Pemerintah longgarkan fasilitas fiskal untuk industri migas
Rincinya, 47 proyek dilaksanakan oleh Pertamina EP, 29 proyek oleh PHE, 19 proyek oleh PHI, 2 proyek oleh PEPC, dan 1 proyek oleh PEPC ADK.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News