Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren konsumen properti mulai berubah sejak munculnya pandemi Covid-19. Jika sebelumnya faktor lokasi menjadi penentu utama, kini banyak konsumen yang lebih memilih hunian yang memiliki lingkungan dan aspek kesehatan yang tinggi. Konsumen lebih memprioritaskan pemilihan wilayah yang bisa menyatu dengan alam.
Analis properti Indonesia Yayat Supriyatna mengatakan, tren properti saat ini mengarah ke jenis landed house di sub-urban seiring dengan kebutuhan masyarakat untuk memitigasi risiko psikologis yang dihadapi di masa pandemi dan aktivitas di perkotaan yang sudah penuh sesak.
“Sekarang ini kelihatannya masyarakat ingin berinvestasi membeli rumah di kawasan pinggiran yang bagus, yang asri, tetapi dengan bentuk investasi langsung. Tren kebutuhan perumahan ke depan itu betul-betul perumahan yang memberikan rasa nyaman dan aman,” kata Yayat dalam keterangannya, Senin (22/6).
Baca Juga: Masuk new normal, Total Bangun Persada (TOTL) berharap tender proyek berjalan kembali
Yayat juga menjelaskan, wilayah sub-urban memiliki beberapa keunggulan, dari kualitas udaranya lebih bersih, potensi ruang terbuka masih besar, serta kondisi keamanan dan kenyamanan masih bagus.
Kondisi sistem utilitas atau prasarana dan sarana lingkungannya juga mendukung, mudah akses transportasi dengan tingkat kepadatan rendah.
“Lebih baik bila ada service pelayanan kesehatan. Misalnya ada ruang perawatan, semacam medical center, pengembang dapat berkolaborasi dengan penyedia jasa kesehatan,” ujarnya.
Beralihnya minat konsumen ke hunian bernuansa alam juga terlihat dari tren penjualan perumahan di kawasan Podomoro Park Bandung. Konsep perumahan yang dibangun unit bisnis Agung Podomoro Land Tbk ini lebih mengedepankan aspek kesehatan lingkungan yang didukung dengan infrastruktur yang sudah matang.
Tedi Guswana selaku Marketing General Manager Podomoro Park Bandung menjelaskan, Podomoro Park membaca kebutuhan konsumen sejak sebelum pandemi COVID-19. Aspek kesehatan merupakan faktor utama setiap individu terutama konsumen dalam mencari hunian.
Hal ini sejalan dengan konsep “Harmony with Nature” dengan 5 elemen alam hunian dan kawasan yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis sehingga dapat mewujudkan keluarga yang sehat.
“Kunci dalam menjalankan aktivitas adalah sehat dan Podomoro Park menerapkan ini di semua lini huniannya. Pertama adanya ruang terbuka hijau dengan rimbunnya pepohonan, danau megah sepanjang 1 km, udara yang masih segar, dan pemandangan pegunungan Bandung Selatan,” ungkap Tedi.
Tedi mengatakan, rumah sehat Podomoro Park menjadi benchmark bagi pengembangan properti lain, terutama di Bandung. Setiap rumah sehat Podomoro Park dan beragam fasilitas pendukungnya sudah dirancang secara komprehensif sehingga telah sangat memenuhi seluruh aspek kehidupan penghuninya.
Sebagai rumah sehat yang nyaman ditinggali, Podomoro Park Bandung juga bernilai investasi yang prospektif karena dikembangkan di lokasi strategis sebagai sunrise property. Aksesibilitas juga mudah dijangkau, terhitung hanya 2 km dari gerbang tol Buahbatu.
Baca Juga: Penurunan bunga perbankan bisa mendorong pertumbuhan kinerja properti
Apalagi, ke depan akan dibangun stasiun LRT di depan kawasan Podomoro Park Bandung yang terkoneksi dengan kereta cepat Jakarta-Bandung. “Fasilitas yang ada di rumah sehat akan mendukung gaya hidup yang aktif dan sehat,” kata Tedy.
Disampaikan Yayat, kualitas hidup dan kualitas kesehatan merupakan prioritas nomor satu masyarakat menengah ke atas sehingga tren konsumen ke depan dalam memilih hunian juga akan lebih cermat.
“Bukan bertanya pada berapa harganya, tapi lebih bertanya mengenai faktor kesehatan, keamanan, dan kualitas hidup,” tambah Yayat.
Wilayah Bandung bagi Yayat merupakan salah satu target wilayah konsumen saat ini. Bandung Utara dan Bandung Selatan memiliki kualitas udara yang baik, ketenangan, dan lingkungan yang asri.
“Jadi potensi industri properti di Bandung cukup bagus. Selama demand-nya masih tinggi, suplainya masih cukup. Saya kira tren kebutuhannya akan semakin meningkat. Apalagi pada kelompok milenial,” ujar Yayat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News