kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Pengembangan ekosistem kendaraan listrik harus beri manfaat bagi negara


Selasa, 23 November 2021 / 21:39 WIB
Ekonom: Pengembangan ekosistem kendaraan listrik harus beri manfaat bagi negara
ILUSTRASI. Pengunjung mengamati mobil listrik yang dipamerkan pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di ICE BSD, Tangerang, Selasa (16/11). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/16/11/2021.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah pemerintah mengembangkan industri kendaraan listrik diharapkan dapat memberikan manfaat lebih untuk negara.

Asal tahu saja, untuk pengembangan ekosistem baterai dan kendaraan listrik, pemerintah telah mendirikan holding baterai, Indonesia Battery Corporation (IBC) yang terdiri dari MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan porsi kepemilikan masing-masing sebesar 25%.

Belakangan, IBC dikabarkan berniat untuk mengakuisisi perusahaan mobil listrik asal Jerman, StreetScooter melalui perusahaan Odin Automotive asal Luksemburg dengan nilai akuisisi mencapai US$ 170 juta.

Direktur Eksekutif Institute for Development Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengungkapkan langkah akuisisi perusahaan listrik asal Jerman merupakan langkah yang perlu dilakukan. Hal ini mengingat adanya kebutuhan investasi yang besar dan adanya kebutuhan pengembangan ekosistem kendaraan listrik untuk jangka panjang.

Baca Juga: Dorong ekosistem kendaraan listrik, begini upaya MIND ID

Namun, Tauhid menilai dalam pelaksanaan akuisisi perlu ada kepastian syarat transfer teknologi yang bisa diperoleh pemerintah. "Perlu dilakukan tetapi bukan sekedar perlu tapi apakah memang ada transfer teknologi, katakanlah pengembangan industri di sini, pabriknya dan sebagainya," kata Tauhid kepada Kontan, Selasa (23/11).

Tauhid melanjutkan, dengan adanya syarat seperti itu maka ada kesempatan sumber daya manusia Indonesia untuk turut terlibat dan ujungnya upaya pengembangan ekosistem di dalam negeri bisa tercapai.

Tauhid mengungkapkan, berkaca dari negara-negara tetangga, pengembangan ekosistem kendaraan listrik pun memang perlu menggandeng pihak luar. Untuk itu, Tauhid berharap jika nanti memang rencana akuisisi dilakukan, maka IBC perlu memastikan sejumlah hal terkait pengembangan ekosistem EV di dalam negeri.

Selain kepastian transfer teknologi, perlu ada kepastian pasar yang jelas yang hendak dituju karena saat ini China cukup mendominasi dengan produk yang lebih murah.

Baca Juga: Kembangkan ekosistem kendaraan listrik, holding IBC butuh US$ 15,3 miliar

Kemudian, dengan modal sumber daya nikel yang melimpah maka harga yang ditawarkan harus bisa terjangkau. Apalagi baterai listrik disebut memegang sekitar 60% dari total biaya produksi kendaraan listrik.

Tauhid meyakini, dalam langkah akuisisi IBC pastinya sudah memiliki pertimbangan khusus. "Secara prinsip kalau misalkan syarat-syarat (akuisisi) ada transfer teknologi, menggandeng mitra dalam negeri dan harga bisa lebih murah karena kita punya bahan baku ya kenapa tidak," pungkas Tauhid.

Selanjutnya: Cikarang Listrindo (POWR) kembangkan pilot project di bidang kendaraan listrik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×