Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pengolahan kayu, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) berharap dapat memperbaiki kinerjanya pada sisa tahun 2023 meski masih terdapat tantangan berupa risiko penurunan permintaan ekspor.
Mengutip laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), penjualan bersih IFII sebenarnya tumbuh tipis 0,47% year on year (YoY) menjadi Rp 409,43 miliar pada semester I-2023. Namun, laba bersih periode berjalan IFII terkoreksi 37,75% YoY menjadi Rp 27,52 miliar pada periode yang sama.
Direktur Indonesia Fibreboard Industry Ang Andri Pribadi menyampaikan, penurunan laba bersih IFII tak lepas dari peningkatan beban pokok penjualan perusahaan tersebut. Hal ini bisa terjadi lantaran adanya pembengkakan biaya pabrikasi untuk keperluan pemeliharaan fasilitas sehubungan adanya kegiatan sinkronisasi mesin medium density fibreboard (MDF) Line 1 dan Line 2.
Baca Juga: Meski Melambat, IFII Tetap Berupaya Capai Pertumbuhan Bisnis yang Positif Tahun Ini
Selain itu, biaya transportasi dan bahan bakar serta beban gaji karyawan IFII juga naik sejak awal 2023 sehubungan dengan perekrutan karyawan untuk mengoperasikan lini produksi MDF Line 2. Fasilitas MDF Line 2 sendiri mulai beroperasi sejak Mei 2023.
“Seluruh beban operasional dari pengoperasian MDF Line 2 sudah mulai dibebankan pada laporan laba rugi, seperti beban bahan baku, biaya pabrikasi, beban depresiasi aset tetap, dan beban bunga pinjaman,” ungkap Andri, Rabu (2/8).
Secara umum, Manajemen IFII menilai prospek bisnis pengolahan kayu berpotensi melambat sampai akhir 2023, karena kondisi global masih dipenuhi ketidakpastian. Hal ini tidak hanya berdampak pada kelangsungan bisnis IFII saja, melainkan juga terhadap produsen-produsen MDF lainnya, khususnya di Asia.
Beberapa negara tujuan utama ekspor IFII seperti Jepang sudah memperlihatkan perlambatan pertumbuhan permintaan, karena ketidakpastian perekonomian di negara tersebut. Tren perlambatan permintaan juga terjadi di beberapa negara lainnya di Asia Tenggara.
Beruntung bagi IFII, permintaan produk MDF di pasar lokal mulai memperlihatkan perbaikan seiring pulihnya pasar properti sejak awal tahun 2023.
Seperti yang diketahui, per semester I-2023, mayoritas penjualan bersih IFII ditujukan ke pasar ekspor yakni sebesar Rp 315,97 miliar. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 155 miliar berupa penjualan MDF ke Jepang. Pasar lokal sendiri berkontribusi sebesar Rp 93,46 miliar terhadap total penjualan bersih IFII di periode tersebut.
Lebih lanjut, kelangsungan bisnis IFII terbantu oleh pengoperasian fasilitas produksi tambahan MDF Line 2 sejak Mei 2023. Berkat adanya fasilitas tersebut, IFII percaya penjualan dapat mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu.
IFII pun kini berfokus pada peningkatan volume produksi untuk pasar ekspor di negara-negara kawasan Timur Tengah yang selama ini belum bisa dipenuhi karena keterbatasan kapasitas produksi.
Memang, margin penjualan ekspor ke kawasan Timur Tengah cenderung lebih rendah daripada Jepang atau negara lainnya. Namun, apabila IFII mampu mengekspor produk dengan volume besar ke Timur Tengah, hal ini dapat menutupi risiko kehilangan margin penjualan dari negara-negara tujuan ekspor lain yang menurun.
Di samping upaya tersebut, IFII juga tetap menganalisis dampak perlambatan ekonomi global terhadap margin perusahaan secara keseluruhan. IFII juga terus memaksimalkan bahan baku yang ada hingga menyesuaikan harga jual produk agar komposisi margin perusahaan dapat tetap terjaga.
“Kami tetap berusaha agar penjualan dapat tetap tumbuh positif dan menjaga pencapaian laba bersih tetap sama seperti tahun sebelumnya,” tandas Andri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News