Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Electronic City Indonesia Tbk akan melanjutkan ekspansi tahun lalu. Perusahaan yang menjual aneka barang elektronik tersebut berencana menambah lima hingga tujuh gerai hingga akhir tahun 2015 nanti.
Pada semester I-2015 ini, Electronic City menjadwalkan pembukaan tiga hingga empat gerai. Barulah sisanya, dua hingga tiga gerai akan dibuka di semester II-2015.
Sebanyak dua gerai baru telah resmi hadir di Cirebon, Jawa Barat pada Februari 2015. Gerai tersebut terletak di kawasan Ruko Kagum City dan Mall Grage City.
Dengan gerai ini, perusahaan berkode ECII di Bursa Efek Indonesia itu telah memiliki 69 gerai hingga akhir Februari 2015. Perinciannya, 53 gerai Electronic City dan 16 Electronic City Outlet.
Selain itu, Electronic City juga berencana merenovasi gerai lawas agar tetap mampu memikat konsumen. Sasarannya adalah gerai berusia empat hingga lima tahun.
Untuk memuluskan rencana menambah gerai baru maupun merenovasi gerai lawas, Electronic City menyiapkan dana belanja modal sebesar Rp 150 miliar - Rp 200 miliar. Sumber dananya dari perolehan hajatan menjadi perusahaan publik alias initial public offering (IPO).
Hitungan manajemen Electronic City, biaya pembukaan gerai di dalam pusat perbelanjaan sekitar Rp 4 juta - Rp 5 juta per meter persegi (m²). Itu adalah dana kebutuhan mengemas interior maupun eksterior gerai. "Namun untuk pembangunan gerai gerai yang berdiri sendiri atau stand alone, diperlukan biaya konstruksi tambahan sebesar Rp 8 juta-Rp 9 juta per m²," terang Commercial and Investor Relations Director PT Electronic City Indonesia Tbk Fery Wiraatmadja kepada KONTAN Kamis (19/3).
Berbekal dua ekspansi itu, Electronic City optimistis masih bisa bertumbuh tahun ini. Target pertumbuhan kinerja perusahaan itu adalah di atas pertumbuhan industri ritel elektronik. Tahun ini, Electronic City menargetkan pertumbuhan industri ritel elektronik sebesar 4%-5%.
Fery mengakui, proyeksi pertumbuhan ritel industri elektronik itu tak agresif. Ada tiga dasar proyeksi pertumbuhan itu. Pertama, pengembangan infrastruktur Indonesia yang belum maksimal.
Kedua, penguatan dollar Amerika Serikat yang membikin rupiah terpuruk. Tekanan pelemahan rupiah itu membikin harga barang menjadi mahal. Buntutnya, minat belanja konsumen terhadap barang elektronik menyusut.
Ketiga, "Ditambah dengan pemerintahan dengan struktur menteri-menteri yang baru bekerja, sehingga kami melihat bahwa pertumbuhan di tahun 2015 semester I masih stagnan," ujar Fery. Alhasil proyeksi manajemen perusahaan itu adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia baru akan bergeliat pada semester II-2015 mendatang.
Manajemen ECII hingga saat ini juga belum merilis laporan keuangan 2014. Adapun hingga September 2014, perusahaan itu mencetak pendapatan Rp 1,52 triliun. Pendapatan itu tumbuh 11,76% dari pendapatan September 2013 yang sebesar Rp 1,36 triliun.
Meski pendapatan tumbuh, laba bersih perusahaan itu susut 2,22% menjadi Rp 93,47 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu labanya tercatat Rp 95,59 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News